Melihat Kerajinan Batu Bata Merah di Sidorejo Godean

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kalurahan Sidorejo di Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman sejak lama dikenal sebagai sentra kerajinan batu bata merah dan genting dari tanah liat.

Namun, jumlah perajin genting saat ini semakin menurun, dan beralih ke industri pembuatan batu bata merah yang dinilai lebih menguntungkan. 

Tribunjogja.com sempat berkunjung ke Kalurahan Sidorejo dan melihat tungku yang menjadi dapur pembakaran tanah liat menjadi batu bata merah.

Salah satu warga yang ditemui sedang membakar batu bata merah di Padukuhan Jering VI, Sidorejo, Sarjiyo mengatakan, perajin kini banyak yang beralih dari industri genting ke batu bata merah karena faktor pasar.

Baca juga: Waduk Mengering, Warga Kepuh Pilih Jadi Perajin Batu Bata

Lebih laku batu bata.

Sebab, penggunaan genting sebagai atap rumah, saat ini lebih banyak variasinya, mulai dari genting kanopi baja ringan, beton, hingga genteng metal. 

"Genting sekarang banyak variasinya. Peminat yang dari tanah liat berkurang. Jadi, sekarang beralih ke batu bata merah," kata dia, kemarin. 

Proses pembakaran batu bata merah membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Bahkan, bisa dikatakan lama.

Menurut Sarjiyo, untuk 8.000 biji batu bata merah memerlukan waktu pembakaran sedikitnya 13 hingga 15 jam.

Batu bata itu ditumpuk di dalam tungku dan dibakar.

Perapiannya menggunakan kayu. 

"Kayu yang dibutuhkan untuk membakar, Rp 500 sampai 700 ribu," tutur dia.

Batu bata merah yang dibakar adalah pesanan yang begitu selesai dibakar langsung terjual.