Polisi Ungkap Kronologi Tawuran Antar Geng Pelajar di Bantul, Berawal Saling Tantang di WhatsApp

Perwakilan dari masing-masing geng pelajar tersebut bertemu untuk menentukan jadwal mereka bertempur. 

Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Santo Ari
Polres Bantul menangkap 11 pelajar yang terlibat dalam kasus tawuran yang menewaskan satu orang pelajar 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Polres Bantul telah mengungkap kasus tawuran antar geng pelajar, yakni Stepiro dan Sase.

Dalam insiden tawuran yang terjadi pada 29 September lalu tersebut, jatuh korban meninggal yakni dari kelompok geng Sase. 

Kapolres Bantul, AKBP Ihsan, menyatakan semula geng ini saling tantangan lewat media sosial Whatsapp.

Dari sana perwakilan dari masing-masing geng pelajar tersebut bertemu untuk menentukan jadwal mereka bertempur. 

"Dari pertemuan itu mereka membuat surat perjanjian bermaterai, yang salah satu sisinya adalah tidak malapor ke kepolisian," ungkapnya, Senin (8/11/2021).

Kapolres menyatakan surat itu terungkap setelah satu persatu para pelaku ditangkap.

Sebanyak 11 pelajar dari geng Stepiro diamankan. Dari HP salah satu tersangka, petugas mendapati adanya bukti surat perjanjian tersebut. 

Ada beberapa poin dalam surat perjanjian yang ditandatangi kedua belah pihak, yakni tidak boleh lapor kepada siapapun, tidak boleh visum, jam 02.00 WIB harus mulai start, tidak datang berarti kalah. Jongki tidak boleh dikenai (diserang), tidak melibatkan. 

"Ditandatangani kedua belah pihak, mereka sepakat dengan pernyataan tersebut. Ini bukti otentik, jadi perwakilan mereka sempat ketemu, tanda tangan dan ada materai 10 ribu," urainya. 

Kapolres mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk tawuran saat dini hari, di mana TKP yakni  di jalan ringroad selatan, Dusun Plurungan, Tirtonirmolo, Kasihan memang sepi saat jam-jam tersebut. 

Sementara itu, salah satu pelaku IS (18) membenarkan adanya surat perjanjian tersebut, ia sendirilah yang datang ke rumah salah satu pelajar dari geng Sase. 

"Ketemuan di pihak Sase, di rumahnya dan tanda tangan di situ. Cuma perwakilan saja," ucapnya. 

IS mengaku bahwa surat itu dibuat agar tidak ada pihak yang melapor ke kepolisian. IS sendiri mengaku baru pertama kali ikut tawuran. 

Saat ditanya tentang perihal masalah antar sekolah tersebut, ia mengatakan bahwa sebelumnya ada temannya yang diserang oleh kelompok Sase. 

"Teman saya soalnya pernah dikeroyok duluan," ujarnya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved