Klaster Penularan di Sedayu Bantul Meluas, Sri Sultan Hamengku Buwono X: Sekolah Sudah Ditutup

Klaster Takziah yang menjadi klaster penularan Covid-19 di Kabupaten Bantul semakin meluas. Hingga saat ini ada sejumlah sekolah yakni SDN 1 Sukoharj

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Yuwantoro Winduajie
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Klaster Takziah yang menjadi klaster penularan Covid-19 di Kabupaten Bantul semakin meluas.

Hingga saat ini ada sejumlah sekolah yakni SDN 1 Sukoharjo, SMKN 1 Sedayu serta MAN 1 di Bantul yang ditemui klaster penularan.

Sedangkan yang terbaru, kembali ditemui klaster penularan di salah satu sekolah madrasah di Kapanewon Sanden, Bantul karena adanya guru yang nekat mengajar meski sudah dinyatakan positif Covid-19.

Imbasnya, belasan peserta didik tertular virus Corona.

Baca juga: Strategi Pemerintah Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19, Beli 1 Juta Pil Molnupiravir

Rentetan penularan tersebut berakar dari Klaster Takziah yang terjadi di Kapanewon Sedayu, Bantul belum lama ini.

Saat dimintai tanggapan, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menjelaskan, saat ini Pemda DIY tengah berupaya untuk memutus rantai penularan.

Yakni dengan melakukan penelusuran terhadap individu yang pernah berinteraksi dengan warga terkonfirmasi Covid-19.

Pemda DIY juga telah menutup sekolah yang ditemui penularan Covid-19 maupun sekolah di Kapanewon Sedayu.

"Semua sudah di-swab dan sekolah juga sudah di-close. Paling sedikit nanti bisa di semprot (disinfektan) atau sebagainya dan untuk pelajarnya masih kita lihat 10 hari lagi untuk swab yang kedua. Nanti kita lihat hasilnya. Yang penting dengan begini akhirnya tidak ada penularan," terang Sri Sultan di Kompleks Kepatihan, Senin (8/11/2021).

Sri Sultan pun berharap agar tak ada lagi guru yang membandel dan nekat untuk tetap mengajar meski mengetahui dirinya terkonfirmasi positif.

"Semoga di situ dia merasakan juga dan akhirnya paham lah yang dimaksud dengan jaga kesehatan," jelasnya.

Lebih jauh, Raja Keraton Yogyakarta ini meminta masyarakat untuk tak panik menyikapi munculnya klaster penularan di sekolah. Sebab sebagian besar pelajar yang terinfeksi merupakan orang tanpa gejala (OTG).

Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan Pemda DIY yang mengharuskan 80 persen warga sekolah tervaksin Covid-19 jika ingin menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

Selain mengurangi risiko keterpaparan, vaksin diyakini juga dapat meminimalisir tingkat keparahan penyakit yang dapat mengancam jiwa.

Selain itu, sebagian besar peserta didik juga tidak memiliki penyakit penyerta seperti halnya warga lanjut usia.

"Tapi kita mencoba untuk menumbuhkan imunitas (dengan vaksin Covid-19. Paling sedikit biarpun OTG, dia sudah tumbuh imunitas. Anak-anak ini yang relatif tidak punya komorbid seperti orang tua. Dia (gejala) ringan saja," tandas Sultan.

Kasus Meningkat

Merujuk data Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, jumlah kasus terkonfirmasi di DI Yogyakarta telah mengalami peningkatan selama sepekan terakhir.

Sepanjang tanggal 17-24 Oktober 2021 lalu, secara akumulatif tercatat ada 163 kasus terkonfirmasi di DIY.

Kemudian sepekan setelahnya atau 24-31 Oktober, terjadi peningkatan sebanyak 192 kasus.

Baca juga: 5 Cara Mengatasi Sesak Nafas Secara Alami

Tren peningkatan kembali bertahan sepekan setelahnya. 

Yakni pada 31 Oktober hingga 7 November 2021 di mana ada penambahan dengan total sebanyak 269 kasus.

Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih menjelaskan, penyebab meningkatnya kasus harian di DIY karena adanya klaster takziah di Sedayu, Bantul.

Klaster tersebut telah menyebar dari Bantul ke Sleman, Kulon Progo dan Gunungkidul. Saat ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten dan kota tengah melakukan tracing.

"Iya (kasus Corona meningkat karena klaster takziah di Sedayu)," katanya. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved