Vokalis FSTVLST Ternyata Juga Jago Masak, Bikin Nasi Lengko di Ajang Biennale Jogja XVI Equator#6

Jika biasanya beraksi dengan mikrofon di atas panggung, Farid Stevy ternyata memiliki keahlian lain yang jauh dari dunia musik.

Tribunjogja/Christi Mahatma Wardhani
Vokalis band FSTVLST, Farid Stevy Memasak Nasi Lengko di Biennale Jogja di Jogja National Museum, Kamis (04/11/2021). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Jika biasanya beraksi dengan mikrofon di atas panggung, Farid Stevy ternyata memiliki keahlian lain yang jauh dari dunia musik.

Ya, di ajang Biennale Jogja XVI Equator#6, vokalis band FSTVLST tersebut tidak memegang mikrofon, melainkan pisau.

Bukan senjata tajam untuk menyakiti, melainkan untuk memotong mentimun, tahu, dan lainnya. 

Di salah satu karya di Biennale Jogja yaitu Dapur 56, pria kelahiran tahun 1982 tersebut menunjukkan kepiawaiannya memasak. Makanan yang akan dibuatnya ialah Nasi Lengko. 

"Nasi lengko ini adalah makanan khas Cirebon. Dan ini juga jadi makanan favorit kami di basecamp,"katanya, Kamis (04/11/2021).

Ia menerangkan untuk membuat nasi lengko tidaklah sulit, bahan-bahannya pun mudah didapatkan.

Baca juga: Biennale Jogja Isu di Kawasan Oceania Lewat Pameran Seni

Baca juga: Pameran Jogja International Disability Arts Biennale 2021 Digelar di Galeri RJ Katamsi ISI Yogya

Bahan-bahan yang perlu disediakan antara lain, tahu, tempe, tauge, kucuai, dan bumbu kacang. 

Cara memasaknya pun mudah. Tahu dan tempe tinggal digoreng dan dipotong-potong.

Kemudian memasak tauge hingga matang. Setelah itu siapkan nasi dan di atasnya ditambahkan potongan tahu, tempe, tauge, kucai, kemudian disiram dengan bumbu kacang. 

"Membuatnya sangat mudah, bahannya juga mudah didapat, paling kucai yang agak sulit. Tapi bisa dicoba. Ini adalah makanan khas Cirebon,"terangnya sambil mengiris mentimun.

Koordinator Dapur 56, Edwin Roseno menambahkan selama Biennale Jogja, Dapur 56 akan memasak dan membagikan makanan secara gratis tiga kali dalam seminggu.

Makanan tersebut kemudian dibagikan untuk pengunjung, seniman, volunteer, dan warga sekitar JNM. 

"Sebenarnya dulu kami memasak untuk seniman sejak pandemi COVID-19. Kemudian diajak untuk ikut Biennale ini. Jadi sudah selama setahun lebih memasak untuk seniman,"tambahnya. (Tribunjogja)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved