Berita Bisnis Terkini
17 Tahun Eksis di Dunia Bisnis Clothing Line Independen, Starcross Gandeng Komunitas dan Brand Lokal
Pada hari jadinya yang ke-17 tahun, Starcross mengusung tema 'Youth Has No End', sebuah komitmen untuk dukung gaya hidup anak muda yang dinamis.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Berawal dari modal awal sebesar Rp 500 ribu, uang yang disisihkan dari gaji bekerja paruh waktu, Wiempy Adhari atau yang akrab Tebonk tak pernah menyangka bisnis clothing line independen 'Starcross' yang ia bangun di Yogyakarta pada 17 tahun silam tetap eksis hingga sekarang.
Melalui perjalanan panjang, Starcross yang berawal dari 2 gerai di Jogja, kini Starcross total memiliki 22 gerai di berbagai daerah di Indonesia yakni di Jakarta, Makassar, Malang, Purwokerto, Bogor, Kudus, Semarang, Samarinda, Palu, Kendari, Samarinda, Tanjung Pandan Belitung, Pangkal Pinang, Kediri, Pontianak, Solo, Mataram, Bandar Lampung, dan juga Palopo.
Tebonk menceritakan, awal mula nama Starcross terinspirasi dari sebuah lagu band asal Irlandia ASH yang berjudul Starcrossed.
Makna Starcross atau menyeberang bintang secara umum adalah menyeberangi bintang demi menggapai sesuatu.
Baca juga: Jadi ASN dan Telah Mengabdi 14,5 Tahun, Pria Asal Sleman Ini Pilih Mundur dan Berbisnis Pie Salak
Penggunaan kalimat ini dalam filosofi Starcross sendiri yaitu dengan persaingan pasar yang semakin kompetitif dapat melewatinya dan juga bring the new hope membawa harapan baru dalam dunia fashion.
"Pada 204/2005 saya tidak sehebat sekarang, maksudnya tentang campaign, young entrepreneur, atau kelas-kelas untuk membuat usaha saat itu belum banyak informasinya. Kami pun saat itu tidak memiliki edukasi bagaimana membuat usaha yang baik, belum lagi saat itu masih saat minim akses internet, ya memulainya spontanitas, yang saya pikirkan ya hasilnya bisa buat tambah-tambah uang jajan, bisa beli kaus band, beli sepatu yang bagus," ujar Tebonk di Starcross Homebase, Kamis (28/10/2021) kemarin.
Ekosistem kata Wempy, menjadi faktor sangat penting dalam industri clothing.
Keberadaan berbagai komunitas anak muda berlatar belakang hobi misalnya, akan menjadi mitra potensial untuk mengembangkan brand atau merek semakin dikenal dan semakin besar.
Ke depan, Starcross dan industri kreatif sejenis akan menghadapi banyak tantangan.
"Basicnya saya menyukai desain grafis, musik, saya ada di komunitas teman-teman skateboard, itu yang membuat saya memiliki peluang ada di lingkungan saat ini," ujar Tebonk.
"Kalau flashback ke belakang, Starcross ini saya bangun bersama teman saya Emil, yang kini juga pelaku di bidang clothing dengan brand TNGR. Dia bersama saya setahun membangun Starcross," ujarnya.
Baca juga: JNE Yogyakarta Gelar Goll Aborasi Bisnis Online, Kuatkan Kolaborasi UKM di Saat Covid-19
"Modal awal dulu Rp 500 ribu, gaji saya dari menjaga gerai clothing. Untuk berjuang 17 tahun hingga tumbuh seperti sekarang, sampai hari ini saya masih menganggap bahwa saya masih seperti dulu secara mental. Saya tidak pernah pegang uang, uangnya 'diputerin' terus, demikian cara pikirnya,"
"Terus berjalan sampai hari ini, saya masih tidak menyangka punya building (Starcross Homebase) yang proper buat kami bekerja, tim yang terus mensupport, antara percaya dan tidak percaya bisa berjalan sampai titik ini," tambah pria kelahiran Belitung, yang sudah cukup lama tinggal di Sleman ini.
Pada hari jadinya yang ke-17 tahun, Starcross mengusung tema 'Youth Has No End', sebuah komitmen untuk terus mendukung gaya hidup anak muda yang dinamis.
Tak cuma gaya hidupnya, komunitas-komunitas anak muda, misalnya anak skateboard, musik, longboard, seni instalasi, seni lukis sampai produk grafis juga terus turut dirangkul.