Ini Kawasan Berpotensi Hujan dengan Intensitas Tinggi dan Rawan Longsor di DIY
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mulai memetakan kawasan rawan bencana saat memasuki musim penghujan.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mulai memetakan kawasan rawan bencana saat memasuki musim penghujan.
Salah satu barometer kawasan rawan bencana adalah wilayah yang memiliki intensitas hujan tinggi saat musim penghujan ini.
Kawasan dengan intensitas hujan yang tinggi itu masuk dalam wilayah yang rawan bencana, salah satunya tanah longsor
Kepala Pelaksana BPBD DIY Biwara Yuswantana mengatakan dari laporan BMKG, wilayah Sleman bagian utara dan Kulon Progo bagian utara masuk dalam wilayah yang berpotensi terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
"Kami punya kawasan rawan rawan longsor ya di daerah Samigaluh, Kalibawang, dan Sleman Utara. Dari BMKG memprediksikan kawasan itu nanti curah hujan akan di atas normal," kata Biwara, Rabu (27/10/2021).
Oleh karena itu, lanjut Biwara, perlu adanya antisipasi dan kesiapsiagaan setiap komponen yang ada di Desa Tangguh Bencana (Destana) agar bisa mencermati situasi dan kondisi lingkungan yang memiliki kerawanan bencana tersebut.
"Juga diharapkan bisa mengambil langkah-langkah misalnya terjadi hujan lebat dalam durasi cukup lama di daerah itu, masyarakat perlu diberikan pemahaman supaya bisa mengantisipasi itu," terang dia.
Baca juga: Bantaran Sungai Rawan Dilanda Bencana Hidrometerologi di DI Yogyakarta
Baca juga: Antisipasi Musim Penghujan, BPBD Klaten Dirikan Posko Siaga Bencana
Hal kedua yang perlu diantisipasi selain tanah longsor, Biwara meminta kegiatan di sekitaran sungai untuk benar-benar dicermati tingkat risikonya, baik itu penyelenggara dari masyarakat umum maupun dari instansi sekolah.
Pasalnya, beberapa kejadian susur sungai tak sedikit dari mereka berakhir petaka di antaranya susur sungai Sempor, dan terbaru tragedi serupa di Ciamis.
"Kami punya pengalaman Sempor dan terbaru tragedi Ciamis. Artinya semua kelompok masyarakat baik itu sekolah maupun organisasi terkait kalau ada aktivitas susur sungai harus dikaji," ujarnya.
Dari kesiapan mitigasi, Biwara telah berkoordinasi dengan pengurus Destana agar memastikan peralatan mitigasi bencana, serta keperluan logistik manakala terjadi kondisi darurat.
"25 Destana yang kami bentuk tahun ini kami siapkan juga dengan alat-alat penanggulangan bencana. Kalau di lingkungan ada pohon-pohon lapuk ya dirapikan, ditebang," ungkap Biwara.
Hal terakhir, Biwara berpesan agar para Destana, serta forum penanggulangan bencana lainnya segera meningkatkan kewaspadaan dan berkonsolidasi, serta segera melakukan asesmen lingkungannya masing-masing.
"Karena hujan dan angin kencang itu tidak tahu mau turun dimana. Daerah yang punya pengalaman terkena angin kencang itu juga perlu diperhatikan," pungkasnya. (Tribunjogja)