Hikmah Pandemi Covid-19, Ria Kini Produksi Tas Premium yang Tembus Pasar Ekspor
Pandemi Covid-19 memberikan dampak luar biasa terhadap sektor perekonomian. Banyak usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang gulung tikar terimbas
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Kurniatul Hidayah
" Dulu saat jual produk dengan minimal order, harganya di kisaran Rp 15.000 an, tapi sekarang tas premium bisa sampai ratusan ribu," jelasnya.
Awal Bisnis Tas
Ria mengatakan bisnis tas kanvas dan goni ini bermula dari hobinya membuat berbagai jenis tas saat masih duduk di bangku kuliah dulu.
"Tapi saat itu untuk menyalurkan hobi saya saja. Setelah menikah dan punya anak pertama, saya baru ingin memiliki usaha sampingan,"jelasnya.
Ria menyebut dulu untuk modal awal pihaknya memakai mesin jahit tua peninggalan dari ibunya serta uang modal Rp150 ribu untuk bahan kanvas dan goni untuk dibuat tas.
"Waktu mulai merintis itu tahun 2011. Alhamdulilah semuanya berkembang hingga sekarang bisa punya 6 mesin jahit besar," ucap dia.
Untuk pemasaran, lanjutnya dirinya dibantu oleh sang suami secara online melalui media sosial.
"Kebetulan saya dan suami kerja sama, saya membuat tas dan suami yang memasarkan secara online. Meski terbatas saat itu, tapi kami terus berusaha hingga bisa diterima pasar," paparnya.
Pemasaran tas berbahan kanvas dan goni itu sudah sampai ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam.
"Terus pesanan dari Hongkong ada juga tapi kirimnya ke Bali untuk acara nikahan gitu tahun 2019," imbuhnya.
Baca juga: HIPPI DPC Sleman Bersinergi dengan 17 Forkom UMKM se-Kabupaten Sleman
Selain, pihaknya juga pernah pernah mengiring tas ke Swiss.
"Untuk harga, kita dari Rp 6 ribu hingga Rp 600 ribu," jelasnya.
Disinggung terkait tenaga, diakui ria tas tersebut juga dibuat oleh santri yang ada di Ponpes Al-Qohar.
"Produksi dibantu 2 santri yang sedang tidak belajar. Lalu tetangga kita totalnya ada 15 pekerja. Hasil penjualan tas ini juga untuk menopang kegiatan atau biaya operasional pondok pesantren," imbuhnya.
Sementara itu, seorang santri Ponpes Al-Qohar, Giyanto (17) mengaku senang bisa mendapat keahlian sampingan seperti membuat tas tersebut.
"Saya sering bantu motong kain, kalau setiap pagi, sehari saya bisa selesai 30 kain," akunya.
Pria asal Boyolali itu mengaku sudah 7 tahun nyantri di ponpes tersebut.
"Saya sudah 7 tahun nyantri di sini, selain belajar bisa dapat ilmu baru juga," imbuhnya. (Tribunjogja.com)