Melihat Sejarah Berdirinya UGM dan Benda Peninggalan Dr Sardjito di Museum Benteng Vredeburg
Universitas Gadjah Mada (UGM) diresmikan Prof. Dr. Sardjito di Sitihinggil Kraton Yogyakarta pada 19 Desember 1949
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Pada tanggal 19 Desember 1949, Prof. Dr. Sardjito meresemikan berdirinya Universiteit Negeri Gadjah Mada di Sitihinggil Kraton Yogyakarta. Ini merupakan tonggak sejarah menandakan babak baru pendidikan di tanah air dengan berdirinya perguruan tinggi yang kini dikenal sebagai Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sejarah berdirinya UGM tersebut diabadikan dalam diorama dan beberapa koleksi sejarah di Museum Benteng Vredeburg. Di antaranya ada kronologi pendirian UGM, benda-benda peninggalan Prof Dr Sardjito, serta Duaja UGM dan pejelasan mengenai maknanya.
Sejarah Berdirinya UGM
Dalam koleksi museum itu dijelaskan bahwa peresmian UGM menandakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mulai menyelenggarakan sebuah lembaga pendidikan tinggi yang merupakan hasil penggabungan sekolah-sekolah tinggi milik pemerintah yang sudah ada di Yogyakarta dengan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada menjadi Universiteit Gadjah Mada (UGM).
Penggabungan beberapa sekolah tinggi tersebut disahkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tanggal 16 Desember 1949 tentang Peraturan Sementara Penggabungan Perguruan Tinggi menjadi Universitas.
Cita-cita Republik Indonesia memiliki universitas sendiri telah tercapai tepat satu tahun setelah Ibukota Yogyakarta diduduki oleh Belanda.
Penetapan tanggal 19 Desember merupakan lambang dari persatuan Indonesia yang semakin kuat akibat aksi militer Belanda yang berakhir dengan pengakuan kedaulatan Indonesia.
Tanggal itu juga dipilih oleh Bung Karno untuk memperlihatkan kepada dunia luar bahwa Bangsa Indonesia sanggup bangkit, meskipun sudah diserang habis-habisan oleh Belanda.
Sebagai perguruan tinggi baru yang masih menghadapi berbagai kesulitan, penyelenggara kegiatan belajar mengajar dan administratif UGM mendapat dukungan besar dari Sri Sultan HB IX.
Pagelaran, Sitihinggil dan beberapa bangunan milik kraton digunakan untuk kegiatan perkuliahan maupun tempat tinggal para mahasiswa dan pengajar.

Dapat dikatakan bahwa kegiatan utama UGM berlangsung di sekitar tembok Kraton Yogyakarta.
Pada awal berdirinya, UGM memiliki enam fakultas, yakni :
- Fakultas Teknik di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti.
- Fakultas Kedokteran di dalamnya termasuk bagian farmasi, bagian kedokteran gigi dan akademi pendidikan guru bagian kimia dan ilmu hayat.
- Fakultas Pertanian di dalamnya ada Akademi Pertanian dan Kehutanan.
- Fakultas Kedokteran Hewan.
- Fakultas Hukum di dalamnya ada Akademi Keahlian Hukum, Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi Pendidikan Guru bagian Tatanegara, Ekonomi dan Sosiologi.
- Fakultas Sastra dan Filsafat di dalamnya ada Akademi Pendidian Guru Bagian Sastra.
Lambang Universitas Gadjah Mada (UGM)

Universitas Gadjah Mada memiliki lambang yang bentuk dan maknanya sebagai berikut ;
- Pusat lambang berupa surya atau matahari yang berlubang dan memancarkan sinar dalam bentuk lima kesatuan kumpulan sinar. Setiap kesatuan kumpulan sinar terdiri dari sembilan belas sorot sinar. Surya dan sinar berwarna kuning emas.
- Di sekitar lubang di tengah surya terdapat dua bentuk lingkaran. Lingkaran dalam terdiri dari huruf-huruf yang berbunyi 'GADJAH MADA'. Lingkaran luar di bagian tas tedapat tulisan UNIVERSITAS, dan di bagian bawah tertulis JOGJAKARTA. Kedua bentuk lingkaran itu bersusun, sehingga serupa surya kembar, sedangkan lima kesatuan kumpulan sinar surya berbentuk kartika atau bintang bersegi lima.
- Pusat lambang dilindungi oleh lima songkok, ia topi kebesaran panglima. Di antara songkok-songkok itu terdapat lima tombak. Songkok berwarna putih dan tombak berwarna kuning.
Peran Prof Dr Sardjito