PON XX Papua
Pecatur DIY M Kahfi Maulana Catatkan Sejarah Baru dengan Raihan 2 Medali Emas di PON XX Papua
M Kahfi Maulana mencatatkan sejarah baru di cabang olahraga (cabor) catur DI Yogyakarta dengan prestasinya yang berhasil memboyong medali emas
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Muhammad Kahfi Maulana mencatatkan sejarah baru di cabang olahraga (cabor) catur DI Yogyakarta dengan prestasinya yang berhasil memboyong medali emas untuk pertama kalinya ke Kota Pelajar di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.
Bahkan torehan medali emas yang didapat oleh M Kahfi itu bukan hanya satu medali saja, melainkan dua medali emas, ditambah satu medali perunggu.
Dua medali emas itu ia boyong dari nomor catur klasik, sedangkan satu medali emas ia petik dari nomor catur kilat.
Sebelumnya prestasi terbaik DIY di ajang PON diraih oleh almarhum MN Sumaryono pada ajang PON Riau tahun 2012 silam.
Dengan torehan itu ia bercerita kepada Tribun Jogja, Rabu (20/10/2021) bahwa dirinya bersyukur dapat prestasi yang sesuai dengan targetnya meraih medali emas sejak awal.
Baca juga: PPKM Turun ke Level 2, Kampung Wisata di Kota Yogyakarta Mulai Gencarkan Promosi
"Alhamdulillah tentu sangat bersyukur bisa mendapat dua medali emas dan satu perunggu, sesuai target pribadi saya sebelum berangkat. Sejak awal saya menargetkan minimal dapat 2 emas dari 3 kategori yang saya ikuti. Jadi memang sudah sesuai rencana dari Yogya," katanya.
Dalam pertandingannya pecatur asal Sleman ini berhasil mengalahkan sejumlah Master Internasional semisal Yoseph Taher yang menjadi wakil dari tuan rumah Papua.
Selaih Yoseph, Kahfi juga menyebut satu pecatur lagi yang menurutnya cukup alot ketika bertarung dalam pertandingan.
"Yang paling berat itu lawannya dari Papua dan Jawa Barat, Yoseph dan Arif," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, pecatur Jawa Barat itu memiliki nama lengkap Arif Abdul Hafid, pecatur yang sejak tahun 2011 lalu telah meraih gelar Master Fide.
Sementara Kahfi adalah pecatur yang baru saja dikategorikan dengan gelar Master, namun sebelumnya ia sempat mengaku kepada Tribun Jogja, bahwa belum memiliki gelar apapun.
Selanjutnya ia berkisah sebelum berangkat ke Papua untuk mengikuti PON, pelatihan yang dilakukannya selama ini dapat memberikan hasil yang maksimal.
Sehingga meski dirasanya cukup sulit untuk melewati setiap pertandingan ke pertandingan yang lainnya, Kahfi tetap percaya diri dengan kemampuan yang telah diasahnya bertahun=tahun.
Hal itu pula yang menjadi kunci suksesnya meraih dua medali emas dan satu medali perunggu di ajang olahraga empat tahunan tersebut.
"Karena sudah mempelajari semua lawan dan ada pengunduran satu tahun dari 2020, jadi bisa menyiapkan lebih baik. Dan ya sebetulnya pengunduran PON bukan keuntungan, toh semua pemain juga bisa sama-sama punya waktu lebih buat latihan, kalau memang lagi menang saja. Kalau kunci sukses tentu saja latihan, saya latian waktu sebelum pandemi sehari bisa 3-4 jam, tapi waktu pandemi bisa full dirumah sampai lebih dari 6-8 jam sehari," beber pria yang juga mahasiswa UGM semester akhir ini.