Mengulik Cerita Jembatan Bantar yang Bersejarah di Kulon Progo, Bisa Jadi Daya Tarik Wisatawan

Jembatan Bantar yang menghubungkan antara Kabupaten Kulon Progo dan Bantul, DI Yogyakarta yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya

Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Sri Cahyani Putri Purwaningsih
Bupati Kulon Progo, Sutedjo didampingi Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito bersama Ketua Dewan Kurator Museum Soesilo Soedarman, Indroyono Soesilo dan Pemilik Towil Fiest, Muntowil sedang bersepeda melewati Jembatan Bantar yang merupakan peninggalan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia melawan Tentara Kolonial Belanda. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Jembatan Bantar yang menghubungkan antara Kabupaten Kulon Progo dan Bantul, DI Yogyakarta yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya diharapkan bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata yang dapat menarik para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. 

Sebab, jembatan tersebut sarat akan perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan tentara kolonial Belanda

Ketua Dewan Kurator Museum Soesilo Soedarman, Indroyono Soesilo mengatakan sebelum ada Jembatan Bantar, wilayah Kabupaten Kulon Progo dan Bantul hanya dihubungkan dengan jembatan kereta api.

Baca juga: Aturan Ganjil Genap, Belasan Kendaraan Diputar Balik Polisi Saat Akan Memasuki Gembira Loka Zoo

Saat itu masyarakat yang hendak menyeberang Sungai Progo menggunakan rakit. 

Kemudian pada 1916 dirancang sebuah jembatan gantung dengan teknologi paling modern pada jamannya.

Karena jembatan tersebut melintasi Sungai Progo yang lebar dan sering banjir maka waktu itu hanya terdapat dua tiang pancang jembatan. 

Pembangunan jembatan dimulai pada 1917 namun sempat terhenti karena harga baja meroket pasca perang dunia I. Kemudian dilanjutkan pada 1928 dan selesai 1929.

Jembatan Bantar dibuat dari baja yang diproduksi oleh pabrik Werkspoor di Belanda lalu diangkut dengan menggunakan kapal laut dan tiba di pelabuhan Cilacap, Jawa Tengah.

Kemudian dibawa menuju ke Stasiun Sentolo, Kulon Progo dengan menggunakan kereta api. 

"Lalu pada 17 Juni 1929, Jembatan Bantar yang memiliki panjang 180 meter dengan total biaya pembangunan sebesar 455.000 gulden diresmikan oleh Gubernur DIY, JE. Jasper.

Namun biaya waktu itu dibagi rata antara pemerintah kolonial Belanda dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat," terangnya, Jumat (24/9/2021). 

Selanjutnya pada 28 Juni 2021, Jembatan Bantar tersebut ditetapkan sebagai struktur bangunan cagar budaya melalui keputusan Gubernur DIY Nomor 171/KBP/2021.

Bupati Kulon Progo, Sutedjo mengapresiasi Museum Soesilo Soedarman yang memiliki inisiasi untuk mewariskan nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia kepada generasi penerus. 

Apalagi di dekat Jembatan Bantar terdapat destinasi Towil Fiest yang digunakan sebagai jujukan wisatawan asing yang ingin menikmati wisata dengan suasana pedesaan dan berkeliling kampung menggunakan sepeda kuno. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved