Ribuan Burung Pipit di Bali Mati Bukan Akibat Penyakit Infeksius, Ini Hasil Lab & Dugaan Penyebabnya

Fakta terbaru penyebab kematian ribuan burung pipit mati di Bali diungkap berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan BBVet

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Yoseph Hary W
Tangkapan layar Instagram @balibroadcast via kompas.com
Ribuan burung pipit jatuh berhamburan ke tanah viral di media sosial, Kamis (9/9/2021) 

TRIBUNJOGJA.COM - Ribuan burung pipit di Bali yang mati diduga bukan disebabkan oleh penyakit infeksius. Fakta terbaru tersebuyt diungkap berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar

Diberitakan sebelumnya bahwa video viral yang memperlihatkan burung pipit jatuh berhamburan ke tanah. Video viral itu beredar di media sosial.

Kejadian itu berlokasi di kuburan Banjar Sema, Desa Pring, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.

Warga setempat bernama Kadek Sutika yang merekam kejadian itu menceritakan ketika dirinya melihat burung pipit mendadak berjatuhan pada Kamis (9/9/2021) lalu.

Ia menuturkan, jumlah burung yang berjatuhan bukan ratusan, melainkan ribuan. "Banyak sekali (yang jatuh dan mati), jumlahnya ribuan lebih," kata Sutika saat dihubungi, Jumat (10/9/2021) lalu.

Sore harinya, bangkai burung-burung yang mati berjatuhan di tanah itu sudah dipungut dan telah dikuburkan.

Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar melakukan uji laboratorium terhadap bangkai burung pipit yang mati tersebut. 

Hasil uji laboratorium ribuan Burung Pipit yang berjatuhan di kuburan Banjar Sema, Desa Pring, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, akhirnya telah keluar.

Berdasarkan penelitian Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar bahwa kematian ribuan burung pipit itu bukan karena penyakit infeksius.

Hasil lab itu lantas diserahkan ke Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Kabupaten Gianyar menunjukkan, burung-burung tersebut dinyatakan tak terkena penyakit infeksius.

"Kematian burung-burung tersebut tidak mengarah pada penyakit infeksius," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar Made Santiarka saat dihubungi, Jumat (17/9/2021), dikutip Tribun Jogja dari laman kompas.com.

Santiarka mengatakan, penyakit infeksius bisa disebabkan oleh serangan mikroorganisme berupa bakteri, virus, jamur, dan parasit.

Ia memastikan, kematian ribuan burung tersebut bukan karena mikroorganisme yang menjadi penyebab terjadinya infeksius.

BBVet Denpasar mengecek penyakit infeksius berdasarkan uji histopatologi terhadap bangkai burung pipit yang berjatuhan.

Hasil tes polymerase chain reaction (PCR) untuk Newcastle Disease (ND) burung tersebut juga menunjukkan bahwa kawanan hewan itu negatif dari penyakit flu burung. "Artinya kematian itu tidak disebabkan oleh mikroorganisme," kata dia.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved