Memilih Calon Panglima TNI Di antara Dua Jenderal
Masa purna tugas Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto semakin mendekat, yakni November 2021.
"Jadi kalau Panglima TNI ke depan itu bisa melaksanakan ini semua, maka Insyaallah kita menghasilkan prajurit yang benar-benar profesional dan sesuai dengan undang-undang alias prajurit nasional yang tidak berpolitik," ucapnya.
Sementara itu, Khairul menyoroti banyaknya isu soal pembinaan SDM dan karier yang macet, di mana terjadi penumpukan perwira. Menurutnya, pengembangan organisasi, penambahan satuan, hingga peningkatan level jabatan dapat menajdi solusinya.
"Ini harus betul-betul diterapkan, supaya problem-problem dalam hal pembinaan SDM dan karier juga bisa terselesaikan tanpa efek samping," jelas Khairul.
Soal Alutsista
Berbeda dengan dua narasumber lain, Syaifullah menyoroti permasalahan alutsista di Tanah Air. Dia menceritakan ketika presiden sempat menembak dari tank saat latihan gabungan TNI di Surabaya, tak disangka tembakan presiden tepat sasaran.
Bersama koleganya TB Hasanuddin yang juga Ketua Panja Alutsista, dia pun menginspeksi apa yang sebenarnya terjadi dalam latihan tersebut. Sebagai purnawirawan militer, TB Hasanuddin diceritakan menanyakan kepada komandan batalion yang bertugas merawat alutsista.
"Kang TB Hasanuddin bilang, ke Pasuruan yuk, kita tanya-tanya komandan batalion yang memelihara alutsista. Di sana, kang TB bilang hebat sekali kalian, presiden nembak sesuai tepat sasaran," cerita Syaifullah menirukan ucapan TB Hasanuddin.
"Kemudian komandannya itu karena enggak berani sama Ketua Panja yang bintang dua terus bicara 'maaf pimpinan, itu kami tembak dari tank jarak terdekat. Ini cerita sekadar seluk beluk alutsista," imbuhnya.
Dari kasus itu, Syaifullah menilai menjaga hingga memastikan alutsista tetap berfungsi dengan baik sangatlah penting. Sebab mereka adalah kekuatan tempur guna menjaga pertahanan negara. Dia lantas mengkritik beberapa alutsista tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti 33 pesawat tempur yang diperuntukkan mengawal ibu kota DKI Jakarta.
"Tapi 33 pesawat tempur itu, kita inspeksi, ternyata yang bisa terbang hanya 11. Yang bisa nembak cuma 8, kalaupun nembak itu jarak pelurunya rudalnya itu cuma 25 km, berbeda dengan punya Singapura dan Malaysia yang daya jelajahnya itu 140 km," kritiknya.
Selain itu, Syaifullah menyampaikan pentingnya ada komunikasi terkoneksi antaralutsista tersebut, seperti via radio. Dengan saling terkoneksi, dia mencontohkan pesawat F-16 di udara dapat berkomunikasi dengan kapal perang yang berada di bawahnya atau di lautan. (Tribun Network)
Baca Tribun Jogja edisi Jumat 17 September 2021 halaman 01