Yogyakarta
Pecahkan Rekor MURI, BBPOM di Yogyakarta Bentuk 1010 Duta Keamanan Pangan
Pemberian rekor itu merupakan penghargaan pada BBPOM yang telah melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dengan inovasi Aksi Gendarku Bebas Boraks
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Yogyakarta berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI), Jumat (10/9/2021).
Penghargaan tersebut untuk kategori Pembentukan 1010 Duta Keamanan Pangan dalam waktu dua minggu.
Pemberian rekor itu merupakan wujud penghargaan atas kerja keras BBPOM di Yogyakarta yang telah melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dengan inovasi ‘Aksi Gendarku Bebas Boraks’.
Inovasi ini merupakan satu di antara upaya mengurangi penggunaan bleng atau boraks semaksimal mungkin yang masih dijumpai pada makanan tradisional berupa gendar.
Baca juga: BBPOM di Yogyakarta Canangkan Zona Integritas Menuju WBBM, Layani Masyarakat dengan Maksimal
Rekor diberikan MURI kepada Kepala BBPOM di Yogyakarta, Dewi Prawitasari Apt MKes seusai pencanangan Zona Integritas menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di Aula BBPOM di Yogyakarta, Jumat (10/9/2021).
“1010 Duta Keamanan Pangan ini bertugas untuk melakukan penyuluhan atau komunikasi, informasi dan edukasi tentang pangan yang aman,” ungkap Dewi seusai menerima rekor MURI.
Dia menjelaskan, program duta keamanan pangan itu didukung oleh pemerintah daerah dan dilaksanakan di lima kabupaten serta kota.
Tahap awal, akan ada pembentukan 50 kader keamanan pangan yang meneruskan sosialisasi keamanan pangan, khususnya gendar dan bahaya penyalahgunaan boraks atau bleng.


Sosialisasi itu ditujukan pada 1010 Duta Keamanan Pangan yang diantaranya adalah pelaku usaha untuk meningkatkan produktivitas dan kepercayaan masyarakat.
“Untuk selanjutnya, diharapkan tiap duta dapat menyebarkan kembali informasi kepada masyarakat sekitar. Semakin banyak warga yang mendapatkan informasi dan produk gendar menjadi produk aman yang bebas boraks,” jelasnya.
Ditanya mengenai dampak buruk konsumsi boraks, Dewi menjelaskan, boraks yang dikonsumsi dalam waktu lama bisa menyebabkan kanker.
Baca juga: Inisiasi Gerakan Keamanan Pangan Desa, BBPOM Gelar Verifikasi Lomba Desa Pangan Aman Nasional
“Dampaknya tidak bisa langsung dirasakan, tapi itu akumulasi bertahun-tahun baru kelihatan, misalnya kerusakan ginjal, kanker, tumor. Memang, boraks bukan faktor utama tapi pemicu,” paparnya.
Dia mengatakan, konsumsi boraks akan berbahaya untuk 5-15 tahun ke depan, tergantung jumlah yang dikonsumsi hingga daya tahan tubuh.
Untuk itu, perlunya duta keamanan pangan agar masyarakat bisa teredukasi bahwa penggunaan bleng untuk makanan berbahaya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga menyiapkan edukasi mengenai bahan tambahan pengganti boraks agar gendar juga tetap enak dikonsumsi.
“Harus ada penggantinya agar masyarakat mau meninggalkan bleng. Jadi tidak cuma melarang saja. Bahan aman yang bisa digunakan seperti sodium tripolyphosphate, nasi, soda kue dan kanji,” tutupnya. ( Tribunjogja.com)