Manfaatkan Panel Surya, Mahasiswa UNY Ciptakan Alat Pengusir Burung di Sawah
Ide penggunaan panel surya untuk menjauhkan burung dari padi tercetus oleh sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Berbicara tentang pemanfaatan energi terbarukan tidak hanya berkutat dengan skala besar hingga budget yang super maksimal.
Kegiatan remeh sekalipun bisa dilakukan dengan memanfaatkan energi terbarukan.
Contohnya adalah bagaimana petani bisa memanfaatkan panel surya untuk mengusir burung-burung pengganggu yang memakan padi di sawah.
Ide penggunaan panel surya untuk menjauhkan burung dari padi tercetus oleh sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Melalui program pengabdian masyarakat, mereka berupaya untuk menciptakan sebuah alat yang mampu mengusir burung dan mudah digunakan dengan memanfaatkan sinar matahari.
Mereka adalah Wolly Dwi Parma dan Chalik Nopa Saputra dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Otomotif, Nadya Putri Kurniasari dari Prodi Pendidikan Teknik Elektro, Sintya Marissa dari Prodi Pendidikan Teknik Sipil serta Sherly Hariyanti dari Prodi Pendidikan Kimia.
Baca juga: Pemulung di Kota Yogyakarta Dapat Sepeda Motor Baru Saat Memilah Sampah
“Kami melihat kondisi banyaknya parasit di sawah, terutama yang menanam padi. Padahal, beras itu penting karena menjadi makanan pokok masyarakat Yogya,” ungkap Wolly kepada Tribun Jogja, Senin (23/8/2021).
Parasit yang dimaksud adalah burung. Kawanan burung itu sering muncul saat padi mendekati panen. Tanpa basa-basi, mereka akan memakan bagian dalam padi sehingga kulitnya tertinggal.
Otomatis, petani tidak bisa mendapat hasil yang maksimal dari panen mereka.
“Tradisionalnya, petani mengusir burung itu pakai kaleng dan tali, dironce satu-satu. Cara kerjanya, ya tali yang berhubungan dengan kaleng itu ditarik agar bunyi suara. Nanti kalau ada suara klonteng klonteng gitu kan burung-burung pergi,” papar Wolly.
Wolly dan kawan-kawan menilai metode tersebut memiliki kelemahan. Petani harus menarik alat itu terus menerus.
Sehingga, ketika petani tidak ke sawah, alatnya tidak ada yang mengoperasikan.
“Kalau dengan alat ciptaan kami ini, petani cukup duduk tenang saat mengoperasikan tali-tali itu dan tidak perlu memindahkan alat ini secara manual,” tambahnya.
Wolly dan tim menyiapkan tenaga servo 3kg yang bisa mencakup ukuran 100 x 150 cm bidang.
Maka, menurut teori perhitungan, ukuran 150 meter sawah bisa menggunakan tenaga servo 60 kg.
Seperti mendayung satu dua pulau terlampaui, selain membantu petani mengusir burung, alat itu juga hemat energi dan tidak meninggalkan jejak karbon lantaran memanfaatkan sinar matahari.
“Kami melihat, sawah itu kan jarang dialiri listrik tapi cahaya matahari melimpah, jarang pohon besar, maka itu bisa dimanfaatkan,” beber Wolly.
Chalik menambahkan, bahan yang dibutuhkan untuk membuat alat pengusir burung otomatis adalah Arduino uno, servo torsi, baterai, lonceng, panel surya dan adaptor.
Lonceng digunakan sebagai pengganti kaleng-kaleng agar suaranya lebih nyaring.
“Perakitan alat ini diawali dari membuat script Arduino uno dengan pemograman proteus yang dibuat pada perangkat PC. Setelah script dibuat, upload sistem ke Arduino uno dengan menggunakan kabel data” katanya.
Kemudian, tim membuat rangkaian kabel panel surya sesuai dengan posisi pemrograman yang telah dibuat.
Kabel itu kemudian dipasangkan pada baterai.
Daya baterai akan mengaktifkan Arduino uno yang ada di program juga akan membangkitkan daya pada servo.
“Panel surya ini akan menangkap sinar matahari yang menjadi alat utama pengisian pada baterai yang akan menjadi sumber tegangan pada arduino dan servo,” jelas Chalik.
Setelah hal teknis telah teratasi, menggunakan alat itu mudah, hanya dengan sesimpel menekan tombol ‘On’.
“Nah, kalau sudah ON, servo akan menggerakkan tali yang sudah terpasang pada sawah dengan diberi sebuah lonceng. Dari gerakan tali, akan terdengar suara yang akan membuat burung pergi,” tukasnya.
Lantas, berapa dana yang dibutuhkan untuk merakit alat tersebut? Wolly menjawab, harganya sekitar Rp 2,6 juta.
“Anggaran terbesar ada pada pembelian panel surya dan adaptornya. Alat ini bisa diatur, berapa menit sekali membunyikan lonceng,” tandasnya.
Baca juga: Mural di Jembatan Kleringan Kota Yogyakarta Dihapus Satpol PP, Seniman Mural: Bakal Lebih Banyak
Inovasi Wolly dan tim ini menarik perhatian Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman.
Pihaknya pun mengundang seluruh anggota tim untuk beraudiensi pada 18 Agustus 2021 di Aula Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Sleman, Ir Siti Rochayah Dwi Mulyani MP menyampaikan apresiasi kepada seluruh tim atas inisiasi penelitiannya dibidang pertanian, khususnya pengendalian organisme pengganggu tanaman.
“Kami sangat tertarik untuk mengembangkan inovasi ini pada tahun depan namun tentu ada serangkaian proses yang mesti kami lakukan terkait penyesuian RAB tahun depan,” ujarnya.
Pemerintah berharap, penelitian ini juga diterapkan dalam program pengabdian masyarakat sehingga bisa benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas khususnya para petani di kawasan Sleman. (ard)