Nasib PPKM, Apakah Diperpanjang Lagi Besok?

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali diberlakukan pada 17-23 Agustus 2021.

Editor: ribut raharjo
istimewa
Penyekat gabungan sedang melakukan penyekatan di ruas jalan di wilayah Sleman. Masa perpanjangan PPKM Level 4, penyekatan masih dilakukan meskipun di sejumlah Jalan mulai diperlonggar. 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali diberlakukan pada 17-23 Agustus 2021.

Keputusan untuk memperpanjang PPKM level 2-4 kali ini belum diputuskan.

Tren kasus harian Covid-19 di Indonesia berdasarkan data nasional terlihat menurun. Meski begitu, masih banyak indikator yang perlu diperhatikan. Lantas, bagaimana evaluasi epidemiolog terkait pelaksanaan PPKM Jawa-Bali? Perlukah diperpanjang?

Evaluasi epidemiolog

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo menjelaskan, terkait level daerah ada kabar baik, menurutnya beberapa daerah sudah turun levelnya. "Dari asesmen situasi memang untuk Jawa-Bali dari 7 provinsi, provinsi Jatim, Jawa Barat, DKI levelnya turun dari 4 ke 3. Tetapi kalau kita lihat dari mobilitasnya harus hati-hati, karena mobilitas Jawa-Bali sekarang naik," ungkap Windhu, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (22/8).

Lanjut dia, mobilitas Jawa dan Bali berdasarkan data Google Mobility, naik. Sementara itu, di luar Jawa dan Bali turun. Hal itu menurutnya karena di Jawa dan Bali ada pelonggaran.

"Virus itu ikut inangnya (orang), kalau inangnya melakukan mobilitas risiko penularan akan naik, ini yang harus diwaspadai," imbuh Windhu.

Sorotan lainnya, masih dari data Google Mobility, terdapat pergerakan dari luar Jawa-Bali ke Jawa-Bali "Kalau kita tidak waspada yang terjadi pingpong aja. Bisa jadi (kasus) Jawa Bali naik lagi. Bahwa ada mobilitas meningkat dan itu dampak dari pelonggaran," ujar Windhu.

Terkait tren kasus yang turun, menurut dia, masyarakat harus berhati-hati dalam membaca data. Dia menjelaskan, kasus yang turun selain karena keadaan yang membaik, juga disumbang dari penurunan testing.

Menurut Windhu, testing Indonesia sempat bagus pada bulan Juli, bisa mencapai 3,5 kali lipat dari target WHO. Akan tetapi, sekarang PCR tidak memenuhi batas minimal WHO. Justru yang menjadi sorotan menurut Windhu adalah kasus kematian yang tinggi.

Dia mencontohkan seperti di Jawa Timur. "Seperti di Jawa Timur masih tinggi. Jangan-jangan seperti api dalam sekam. Banyak orang yang tidak dites, jadi terlambat, mengalami pemberatan, lalu meninggal," ungkap Windhu.

Dia menambahkan, saat ini banyak kematian di luar rumah sakit. Windhu menuturkan meskipun kasus di daerah mulai rendah, tapi kalau kematiannya rendah berarti ada sesuatu.

Terkait perpanjangan PPKM, menurut Windhu tidak penting apa pun namanya, tapi yang harus diperhatikan adalah indikatornya. PPKM yang telah berjalan beberapa waktu terakhir mengalami perbedaan dari PPKM awal.

"Ndak penting nama itu perpanjangan atau apa wong nyatanya perpanjangan-perpanjangan tapi yang terjadi pelonggaran-pelonggaran," kata Windhu.

Selain itu, Windhu menyoroti pentingnya melakukan testing dan tracing yang lebih kuat. Dia menyebut ada beberapa daerah yang sudah bagus tracing-nya sudah melewati batas minimal Kemenkes. "Tapi celakanya kontak erat yang ditemukan tidak dilanjutkan dengan testing. Yang dilanjutkan tidak sampai 50%. Bayangkan untuk apa melakukan tracing. Bahkan ada daerah yang hanya 7%," imbuh Windhu.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved