Strategi Pemasaran Digital Jadi Kunci Industri Pariwisata Tetap Hidup di Masa Pandemi Covid-19
Industri pariwisata menjadi salah satu lini yang paling terdampak pandemi Covid-19. Maka, pelaku industri pariwisata, termasuk yang berada di
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Industri pariwisata menjadi salah satu lini yang paling terdampak pandemi Covid-19.
Maka, pelaku industri pariwisata, termasuk yang berada di DI Yogyakarta harus memutar otak agar pariwisata tidak mati di tengah pembatasan kegiatan ini.
Salah satu caranya adalah tetap mengunggah hal-hal menarik yang berkaitan dengan pariwisata di media sosial agar industri itu sendiri tidak mati.
Baca juga: Paket Sembako Dibagikan Polres Klaten ke Pedagang Klitikan dan Pekerja Harian
Menurut Agus Rochiyardi selaku Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Borobudur (BOB), hal lain yang bisa dilakukan adalah membuat tur virtual daerah tempat wisata agar menarik perhatian pengunjung.
Dengan adanya tur itu, maka ada keinginan masyarakat untuk kembali berwisata. Mereka akan mengingat tentang tempat wisata itu.
“Saat ini, kami memang masih masuk ke masa jeda. Artinya, kami berikan kesempatan destinasi wisata untuk berbenah diri. Mereka harus punya keunikan dan wisatawan datang karena keunikan itu,” jelasnya dalam program BOBTalk berjudul ‘Strategi Digital Marketing Sektor Pariwisata di Masa Pandemi’.
Acara tersebut turut didukung oleh Tribun Jogja dan ditayangkan di YouTube Tribun Jogja Official, Jumat (6/8/2021).
Tidak hanya keunikan, pengelola tempat wisata juga perlu meningkatkan daya saing, seperti menyesuaikan harga dan produk yang ditawarkan.
Ini perlu dilakukan agar masyarakat memilih tempat tersebut sebagai destinasi wisata.
Jika destinasi wisata mulai dikunjungi orang, tentu saja mereka harus menerapkan protokol kesehatan (prokes) tetap.
“Sampai sekarang, sebenarnya masyarakat juga sudah menjaga prokes ya. Mereka pasti memilih wisata outdoor. Kalau pun bepergian, pergi dengan keluarga yang sehat, tidak bergerombol dengan orang lain,” jelasnya.
Sementara, Ketua Umum Genpi Indonesia, Siti Chotijah mengatakan perlu adanya pemahaman tentang algoritma media sosial.
Baca juga: Pelatih Sebut PSIM Tak Alami Penurunan Kondisi Fisik Drastis Saat Kembali Berlatih Kemarin
Dengan begitu, tempat wisata bisa mendapatkan promosi yang maksimal.
“Misalnya, kapan masyarakat online dan tastenya bagaimana. Itu semua sudah tersedia di tools medsos. Kita juga bisa melihat kompetitor, bagaimana tren wisata dunia, yang viral seperti apa,” tuturnya.
Meski begitu, kata dia, bukan berarti tren wisata dunia itu dijiplak mentah-mentah.
Namun, pelaku industri pariwisata bisa meniru pola pemasaran digital dari tren tersebut disesuaikan dengan kearifan lokal. (ard)