Sempat Tembus 1.000 Kasus Covid-19 per Hari di Bantul Saat PPKM Darurat, Dinkes Lakukan Evaluasi

Penularan kasus Covid-19 di Kabupaten Bantul belum bisa ditekan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat (3 - 20 Juli

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
SHUTTERSTOCK/PETERSCHREIBER MEDIA
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Penularan kasus Covid-19 di Kabupaten Bantul belum bisa ditekan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat (3 - 20 Juli 2021).

Hingga kini, penularan dinilai masih tinggi, dengan rata-rata kasus mencapai 500 orang per hari.

Bahkan, pada 20 Juli 2021, penambahan kasus harian tercatat menembus 1.078 orang.

Sembuh 321 orang dan meninggal dunia 18 orang. Penambahan kasus ini tertinggi sepanjang penanganan pandemi di Bumi Projotamansari. 

Baca juga: PPKM Darurat Diperpanjang, Penyekatan Hingga Patroli di Gunungkidul Berlanjut

"(Selama PPKM Darurat) menurut saya belum signifikan terjadi penurunan kasus. Angka kasus masih fluktuatif di angka yang cukup besar," kata Kepala Dinas Kesehatan Bantul Agus Budi Rahardjo, Rabu (21/7/2021). 

Ia mengungkapkan, rata-rata penambahan kasus masih berada di angka 500 orang per hari.

Meskipun kadang lebih dan kadang juga turun. Pihaknya mengaku tidak bisa berbicara kasus harian.

Sebab kasus harian diekspos berdasarkan penyajian data yang basicnya kompilasi data.

Di mana beban petugas cukup berat sehingga ada entri data yang terhitung hari ini namun ada juga yang terhitung lusa. 

Namun demikian, Agus mengakui bahwa selama delapan belas hari PPKM darurat, angka penularan Covid-19 di Bantul masih belum bisa ditekan. 

"Intinya kasus harian memang masih tinggi, belum ada penurunan signifikan. Gambaran di Bantul masih tinggi,  kewaspadaan menurut saya menjadi penting," kata dia. 

Sekedar informasi, PPKM Darurat Jawa - Bali telah resmi diperpanjang oleh pemerintah pusat hingga 25 Juli mendatang.

Agus berharap dengan adanya perpanjangan ini maka evaluasi berikutnya, kasus corona di Bantul sudah mulai turun meskipun telah ditemukan Varian Delta.

Adanya varian ini, Ia mengimbau tracing agar dilakukan dengan lebih masif. Jangan justru sebaliknya.

"Tracing jangan dikendori, tapi harus semakin masif. Kami mengimbau masyarakat lebih sadar untuk dilakukan tracing, testing dan treatment," kata dia. 

Apabila ada warga yang bergejala, diharapkan agar segera lapor ke puskemas untuk dilakukan 3 T (testing, tracing dan treatment) supaya pasien dapat terisolasi dengan baik dan dapat memutus mata rantai penularan.

Jangan ada masyarakat yang memiliki gejala, namun justru diam saja. Apalagi menyangsikan pemeriksaan dengan anggapan kalau sedang flu atau batuk, sudah pasti hasil tes-nya positif. 

Baca juga: Pemerintah Segera Lakukan Tes dan Tracing Masif di Kawasan Padat Penduduk, Ini Wilayah yang Disasar

"Kami tidak akan berbuat di luar koridor medis. Semua rapid antigen dari Kemenkes ter-standarisasi. Jadi kalau itu positif ya positif. Tidak ada upaya lain selain itu.

Kita hanya ingin supaya masyarakat terdeteksi, bisa terisolasi, penularan tidak masif, sehingga kasus tidak selalu meledak," ungkapnya. 

Hingga 20 Juli 2021, kasus terkonfirmasi positif di Kabupaten Bantul sudah mencapai 34.182 kasus. Dari jumlah tersebut, 21.862 sembuh, dan 794 meninggal dunia.

Sementara lainnya, masih Isolasi. Pemkab Bantul juga telah mengeluarkan peta epidemiologi terbaru. Di mana berdasar informasi corona.bantulkab.go.id, wilayah Bantul masuk kategori zona merah atau resiko penularan tinggi. Hal itu berdasarkan hasil pemetaan data yang dilakukan 6-19 Juli 2021.

Peta zonasi ini berlaku 20 Juli hingga 2 Agustus 2021. (Rif)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved