Selama PPKM Darurat, Daya Beli Masyarakat Gunungkidul Turun Drastis, Ini Penyebabnya
Selama PPKM Darurat, Daya Beli Masyarakat Gunungkidul Turun Drastis, Ini Penyebabnya
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Fenomena pembelian karena panik alias panic buying sempat terjadi di awal masa penerapan PPKM Darurat.
Hal itu menyebabkan sejumlah komoditas menjadi langka karena diincar masyarakat.
Meski demikian, fenomena ini disebut tak terjadi di Kabupaten Gunungkidul.
Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunungkidul, Yuniarti Ekoningsih menyatakan daya beli masyarakat justru turun.
"Selama PPKM Darurat pengunjung pasar turun drastis, pedagang juga banyak yang tutup," kata Yuni dihubungi pada Rabu (21/07/2021).
Ia menilai masyarakat saat ini lebih memilih untuk menyimpan uang untuk menghemat pengeluaran.
Selain itu, adanya pembatasan mobilitas membuat masyarakat memilih mengurangi aktivitas belanja.
Menurut Yuni, turunnya daya beli menimbulkan dampak berlipat. Antara lain turunnya pendapatan para pedagang, baik di pasar tradisional, toko kelontong, swalayan, hingga warung makan.
"Pengusaha warung makan juga sebagian besar memilih tutup saat ini, sebab tidak bisa menyediakan layanan makan di tempat," ujarnya.
Baca juga: Daftar Kabupaten/Kota di Jawa Bali yang Masuk Kriteria Level 3 dan 4, Sleman, Yogya & Bantul Level 4
Baca juga: Bertahan dengan Tabung Cadangan, RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Butuh Pasokan Oksigen
Dampak lain yang muncul menurut Yuni adalah turunnya permintaan terhadap bahan pangan.
Sebab dengan tutupnya usaha warung makan hingga katering, maka pemilik usaha memilih untuk tidak berbelanja sementara ini.
Lesunya aktivitas ekonomi disebut tidak berpengaruh banyak pada harga komoditas pangan. Yuni mengatakan ada penurunan, namun tidak terlalu signifikan.
"Begitu pula saat Idul adha kemarin, tidak terjadi gejolak harga signifikan karena pengaruh PPKM Darurat," jelasnya.
Lantaran kondisi tersebut, Yuni mengatakan tidak banyak antisipasi yang dilakukan saat mendekati Idul adha kemarin. Namun pemantauan di pasar-pasar tradisional tetap dilakukan secara rutin.
Kepala Administrasi Pasar Kemantren Wonosari Sularno juga mengatakan sejak awal penerapan PPKM Darurat tidak terjadi panic buying. Salah satunya terpantau di Pasar Argosari.
"Aktivitas jual-beli terbilang normal, selama pandemi pun belum pernah terjadi panic buying," katanya.
Sularno mengatakan justru terjadi penurunan signifikan pada aktivitas Pasar Argosari. Adapun pengunjung turun hingga 50 persen, begitu pula sekitar 30 persen pedagang yang memilih tidak berjualan demi menghindari kerugian. (Tribunjogja/Alexander Ermando)