Kawasan Malioboro Masa PPKM Darurat
Malioboro Sepi PKL Memilih Berdiam Diri
Sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menjajakan kuliner di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta memilih menutup lapaknya, selama masa PPKM Darurat.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Agus Wahyu
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menjajakan kuliner di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta memilih menutup lapaknya, selama masa PPKM Darurat. Sebenarnya, mereka boleh beroperasi, namun dengan persyaratan khusus take away, atau dibawa pulang.
Satu di antara penjaja kuliner di kawasan Malioboro, Satin, mengatakan, PPKM Darurat sangat berdampak bagi semua pedagang di objek wisata unggulan kota pelajar tersebut. Bagaimana tidak, selama ini, mereka mengandalkan wisatawan, sebagai ujung tombak pemasukannya.
"PPKM beberapa hari ini orang jalan di Malioboro itu nyaris nggak ada. Pedagang ngeluh semua pasti, karena nggak ada lagi yang beli. Omzet turun bisa lebih dari 80 persen. Tapi, mau bagaimana lagi," ujarnya, Senin (5/7/2021).
Dia memaparkan, syarat pedagang boleh beroperasi selama tidak melayani makan di tempat pun, menurutnya, tidak begitu membantu. Sebab, mereka yang datang, didominasi wisataawan luar daerah dan memang ingin menyantap hidangan khas, sembari menikmati suasana pedestrian Malioboro.
"Jadi, setelah dipikir-pikir, kok mending tutup dulu, ya, daripada tombok bayar karyawan, modal dagangan, sudah mending off saja. Untuk makan sehari-hari nanti saja lah, bagaimana caranya, ada jalannya," tambah Satin.
Tak hanya penjaja kuliner, Sukirman, penarik becak yang sehari-hari mencari penumpang di kawasan Malioboro pun turut merasakan dampak PPKM Darurat. Ia berujar, tiga hari terakhir, dirinya masih mengunjungi pusat perekonomonian Kota Yogya tersebut, untuk memantau kondisi.
"Kalau dilihat, ya ini sepi. Sekarang, sehari cuma narik satu kali, terus makan berapa kali? Minimal kan dua kali, habis buat makan. Besok mau di rumah saja, libur dulu, sama keluarga mendingan, istirahat," ujar Sukirman.
Memantau
Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti pun memohon maaf kepada warga masyarakat, terkait ketidaknyaman akibat pelaksanaan PPKM Darurat. Namun, dalam kondisi ini, mobilitas masyarakat memang harus dibatasi, untuk menekan laju sebaran Covid-19 di Kota Yogya.
Pemkot Yogya, bersama jajaran Forkopimda pun memantau langsung pembatasan yang diterapkan, pada Minggu (4/7) malam. Haryadi Suyuti memimipin pantauan tersebut menandaskan, masih terdapat beberapa hal yang perlu dievaluasi, mengenai pelaksanaan PPKM Darurat. Khususnya di objek wisata, termasuk Malioboro.
"Malam Minggu kemarin kita melihat masih perlu evaluasi. Kita harus sungguh-sungguh melaksanakan amanat PPKM Darurat, karena kasus melonjak tinggi," katanya.
Ia pun mengapresiasi para pelaku usaha di Malioboro yang sudah bersedia mematuhi aturan PPKM Darurat. Terlebih, selama PPKM Darurat, lampu penerangan jalan umum, maupun lampu taman dimatikan per 20.00 WIB.
Orang nomor satu di kota pelajar tersebut berujar, langkah tegas seperti ini tidak hanya menyasar Malioboro semata. Tetapi, seluruh destinasi di wilayahnya, yang tidak boleh beroperasi selama PPKM Darurat pada 3-20 Juli 2021 mendatang. (aka)
Selengkapnya baca Tribun Jogja edisi Selasa 6 Juli 2021 halaman 05.