Curahan Hati Direktur RSUD Kota Yogyakarta: Tabung Oksigen, Semua Terlayani Tapi Tidak Full
Peningkatan keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) selaras dengan kenaikan kebutuhan akan tabung oksigen.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Peningkatan keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) selaras dengan kenaikan kebutuhan akan tabung oksigen.
Di Kota Yogyakarta, sejumlah Rumah Sakit (RS) turut menunggu ketersediaan stok oksigen.
Direktur RSUD Kota Yogyakarta Ariyudi Yunita, tidak menampik bahwa pemakaian tabung oksigen untuk pasien Covid-19 meningkat seiring kasus pasien positif yang melonjak.
Maka, seharusnya, intensitas pasokan dari produsen juga ikut bertambah.
Baca juga: Persiba Bantul Lakoni Uji Coba Lawan Klub Lokal, Menang Telak dengan Skor 5-0
Dia menjelaskan, biasanya pemasok tabung oksigen mengirim suplai per satu bulan sekali, tapi saat ini menjadi seminggu sekali.
Itu pun tidak penuh. Sehingga, persediaan oksigen di RSUD Kota Yogyakarta bakal habis dalam beberapa hari ke depan.
"Paling banyak membutuhkan oksigen itu pasien yang sudah di ICU atau yang kritis, butuh oksigen paling tinggi. Mereka menjamin semua akan terlayani, tapi tidak full," ujarnya, Kamis (24/6/2021).
Jika kondisi tidak seperti ini, kata dia, pihaknya mengisi 120 bar dan bisa untuk satu bulan.
“Tetapi karena Covid-19, kami dipasok 60 bar hanya bisa untuk tiga hari,” katanya lagi.
Pasokan oksigen ini terpaksa dibagi kepada seluruh RS akibat kasus Covid-19 di Yogyakarta meningkat.
Baca juga: Menengok Rumah Gaya Baru Prajurit Yonif 403/WP, Dirancang Langsung oleh Kasad Andika Perkasa
Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, kebutuhan oksigen memang meningkat karena banyaknya pasien yang sedang dirawat di ICU.
“Stok oksigen, Pak Wagub sudah bertemu dengan suplier oksigen dan memberikan jaminan Yogya masih aman,” ujarnya.
Namun, dia tidak bisa memastikan sampai kapan pasokan oksigen akan aman.
Menurutnya, ini semua bergantung pada jumlah kasus yang tercatat di Kota Yogyakarta.
“Sampai kapan amannya kami nggak tahu, karena jumlah kasusnya semoga nggak semakin naik,” imbuhnya. (ard)