Yogyakarta
Keluarkan Opsi Lockdown, Pemda DIY Tak Sanggup Bayar Ganti Rugi Industri Pariwisata
Sultan enggan menutup seluruh obyek wisata yang ada di DIY karena Pemda DIY tak cukup anggaran untuk mengganti kerugian terhadap pelaku pariwisata.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X melempar opsi lockdown atau karantina wilayah akibat lonjakan kasus COVID-19 selama sepekan terakhir rata-rata antara 400 hingga 500 kasus terkonfirmasi positif.
Namun demikian, Sultan enggan menutup seluruh obyek wisata yang ada di DIY karena pemerintah DIY tak cukup anggaran untuk mengganti kerugian terhadap pelaku pariwisata apabila obyek wisata harus ditutup.
"Kalau tidak ada orang datang, tidak akan buka. Tapi kalau kami tutup (obyek wisata) saya harus mengganti (rugi) mereka. APBD saya enggak akan mampu menutup rumah makan, enggak akan mampu ganti rugi," kata Sultan saat di Kepatihan, Jumat (18/6/2021).
Baca juga: BREAKING NEWS : Sri Sultan HB X Buka Opsi Lockdown Bila Lonjakan Covid-19 di DIY Sulit Dikendalikan
Menurut ngarso dalem, apabila mobilitas masyarakat yang berkunjung ke DIY mulai berkurang, secara berkala pengelola wisata akan tutup dengan sendirinya.
"Kalau enggak ada (kunjungan) kan juga tutup sendiri seperti kemarin," ungkap ngarso dalem.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji menambahkan, pihaknya sudah menyebut jika daerah dengan dengan tingkat kerawanan penularan COVID-19 cukup tinggi atau termasuk ke dalam zona merah, diharuskan obyek wisata tersebut harus tutup secara berkala.
Baca juga: BREAKING NEWS: Klaster Ziarah Muncul di Margoagung Seyegan Sleman, 40 Warga Positif Covid-19
"Kemudian pengunjungnya kami batasi jumlahnya menjadi 25 persen dari kapasitas ruang. Jadi ini sudah kondisinya darurat. Saya kira semua harus menyadari," tambahnya.
Aji tidak menampik jika perputaran ekonomi di DIY sangat terbantu oleh industri pariwisata.
Akan tetapi, dalam mengurangi persebaran COVID-19 langkah penutupan obyek wisata juga penting.
"Karena kalau sampai itu tidak terkendali, yang terjadi bisa sampai istilahnya lockdown. Nah, ini jadi masalah besar, termasuk teman-teman industri pariwisata," pungkasnya. ( Tribunjogja.com )