Yogyakarta
DPKP DIY Targetkan 3.000 Petani Milenial di Tahun 2023
DPKP DIY akan terus melakukan perekrutan para petani milenial yang dianggap memiliki potensi.
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY mencatat baru terdapat 641 petani milenial di DI Yogyakarta.
Jumlah tersebut masih tergolong minim. Karenanya, DPKP DIY pun menargetkan penambahan sebanyak 1.000 petani milenial tiap tahunnya.
Sehingga pada tahun 2023 diharapkan telah ada lebih dari 3.000 petani milenial di DIY.
"Saat ini yang muda yang paham teknologi informasi karena penting untuk membangun jajaring untuk memasarkan", papar Kepala DPKP DIY Sugeng Purwanto di Kompleks Kepatihan, Kamis (3/6/2021).
Baca juga: Buat Inovasi Siperkasa, DPPKP Bantul Bantu Petani Selesaikan Masalah Pasca Panen
Untuk mencapai target itu, DPKP DIY akan terus melakukan perekrutan para petani milenial yang dianggap memiliki potensi.
Selanjutnya, mereka akan mendapat bimbingan dan pembinaan untuk mengembangkan keahlian bertani maupun memasarkan produknya.
"Tapi tidak sekadar nunjuk, tapi dipilih yang memahamu embrio dan sudah keliatan aktivitasnya ya dengan bimbingan teknis dan verifikasi kegiatan lapangan dan usahanya," jelasnya.
Sugeng melanjutkan, keberadaan petani milenial dapat menjadi potensi yang bisa dimanfaatkan.
Terlebih DIY dianggap memiliki kualitas pendudikan dan kemampuan yang tinggi.
"Orang pintar banyak ada di sini, jadi cuma bagaimana kami untuk bagaimana punya Power energi untuk mendekatkan mereka untuk menguasai pertanian baik IT, pasar dan sebagainya, itu PR kami. tapi kamj juga butuh dukungan dari pusat juga," jelasnya.
Selain itu, sektor pertanian diharapkan dapat menyerap tenaga kerja di DIY.
Sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di wilayah ini.
Baca juga: Tingkatkan Kesejahteraan Petani, Sharp Indonesia Luncurkan Program Sharp Mapan
Pertanian menurut Sugeng juga merupakan sektor yang menjajikan.
Terlebih jika para petani memiliki kemampuan pemasaran dan teknik pengolahan produk pertanian yang baik.
Dengan demikian para petani menjadi memiliki penghasilan yang layak.
"Dulu pertanian dikenal kotor dan duitnya sedikit, tapi sekarang kalau menguasai netorwking-nya bisa tembus ke luar negeri. Dengan demikian bisa mempekerjakan kiri kanan mereka dan membuka peluang kesempatan kerja," jelas Sugeng.
"Sosialisasi kamu terus lakukan, yang sudah bertani terus didorong untuk maju dan yang belum ditumbuhkan," tambahnya.
Ditemui di tempat yang sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi mengungkapkan, sektor pertanian Indonesia di masa depan akan sangat bergantung pada partisipasi generasi muda Indonesia.
Karena itu, Kementan siap untuk memfasilitasi dan mendukung para agropreneur muda untuk bergerak di berbagai bidang pertanian, dari hulu hingga ke hilir.
Dalam upaya membangun petani milenial ini, Kementan akan menggelar Millenial Indonesia Agropreneurs Expo 2021 di Royal Ambarrukmo Hotel Yogyakarta pada 12-13 Juni 2021.
Acara ini menyasar anak-anak muda pertanian untuk membangun wirausaha pertaniannya.
Baca juga: Permudah Kerja Petani, Drone Sprayer Karya Anak Bangsa Ini Mampu Semprot Pestisida 10 Hektar Perhari
Tidak hanya akan menjadi tempat pameran produk pertanian, acara ini juga akan diisi berbagai bimbingan teknis kepada petani milenial Indonesia.
“Para petani ini juga akan diajarkan untuk bisa melakukan sesuatu untuk menambah nilai jual produk pertanian yang mereka hasilkan," katanya.
"Kami juga akan menghubungkan mereka dengan pihak-pihak yang bisa mendukung jaringan bisnis mereka,” tambahnya.
Program pertanian lainnya yang menjadi bahasan pada pertemuan kali ini ialah Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) tingkat kecamatan.
Menurut Dedi, program ini adalah upaya pemberdayaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dengan pemanfaatan sarana prasarananya, termasuk teknologi informasi.
“Dari sini kemampuan petani juga bisa ditingkatkan melalui pelatihan yang akan mencakup semua proses pertanian dari hulu sampai hilir, tidak sekedar mengelola pertanian. Jadi penyuluh maupun petaninya diberdayakan,” imbuhnya. ( Tribunjogja.com )