Kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Pecel Lele Kok Cuma Lele Thok!

Viral wisatawan yang mengeluh mahalnya harga pecel lele di Malioboro berbuntut penutupan sementara terhadap tiga tempat usaha

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com
Jalur jalan menuju kawasan Malioboro 

"Agar pedagang jera dan jangan main-main lagi," imbuhnya.

Desio menjelaskan, seluruh pedagang di Jalan Malioboro sebelumnya memang telah memiliki kesepakatan untuk memampang harga menu makanan.

Tujuannya untuk mencegah fenomena 'nuthuk' sehingga wisatawan bisa merasa nyaman.

Namun pedagang di sirip-sirip jalan Malioboro diduga tak melakukan kesepakatan serupa.

Pasalnya, PPLM memang belum pernah berkoordinasi dengan paguyuban di kawasan tersebut.

Jika merasa ragu untuk memesan, wisatawan diminta untuk tak segan bertanya kepada para pedagang.

"Kalau mau beli silahkan tanya, kita akan melayani dengan senang hati," jelasnya.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DI Yogyakarta berharap, viralnya video pecel lele 'nuthuk' di Malioboro tak perlu dibesar-besarkan.

Namun, perlu langkah edukasi, baik kepada pedagang dan wisatawan, supaya insiden seperti ini tidak terulang.

Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono menyampaikan, para pedagang jangan pernah sekalipun menaikkan harga di luar batas kewajaran di tengah situasi nan sulit ini.
Sebab, hal tersebut akan mencoreng muka Yogya sebagai kota pariwisata dan membuat pelancong kapok.

"Pandemi ini kan sektor pariwisata terpuruk, insiden seperti itu jelas mencoreng. Sekarang baru mulai bergeliat, tapi jangan terus aji mumpung," katanya.

Hanya saja, wisatawan juga diminta untuk memahami dan menyesuaikan komoditas yang hendak dibelinya, dengan kondisi keuangan. Pasalnya, ia menambahkan, hampir mustahil menerapkan standarisasi harga, terkhusus makanan, di sepanjang Jalan Malioboro.

"Misal, kita minum kopi di starbucks, hotel dan angkringan. Sama-sama kopi, meski kemasannya beda. Tapi, harganya juga pasti berbeda kan itu," cetus Deddy.

"Nah, sekarang tinggal pembelinya. Oh, ini kok mahal, ya, nggak usah aja. Standarisasi harga sulit, biar saja begitu, nanti pasarnya tersaring juga," lanjutnya.

Terlebih, ia meyakini, semua penjaja makanan di kawasan Malioboro sudah memasang daftar harganya. Sehingga, wisatawan pun bisa leluasa memilih tempat, maupun hidangan, sesuai selera dan anggarannya.

"Sekarang yang penting semua pelaku pariwisata harus menjaga, jangan sampai baru mulai kedatangan tamu, eh sudah aji mumpung. Jangan," kata Deddy.

"Lalu, wisatawan juga harus mengerti lah, selektif, sesuai kemampuan. Jadi, intinya, semuanya harus diedukasi, pedagang, wisatawan," tandasnya. ( Tribunjogja.com
Aka | Tro )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved