Wawancara Eksklusif
PTM SD di Kota Yogyakarta Tingkatkan Semangat, Guru Utamakan Pendidikan Karakter untuk Siswa
SD Negeri Serayu menjadi salah satu sekolah yang dijadikan uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kota Yogyakarta.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - SD Negeri Serayu menjadi salah satu sekolah yang dijadikan uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kota Yogyakarta.
PTM ini menjadi penting agar pemerintah bisa mengambil langkah yang tepat untuk menentukan proses pendidikan di masa pandemi virus corona.
Di hari pertama uji coba, sekitar 64 siswa kelas V mengikuti uji coba yang dimulai sejak pukul 07.30-09.30, Jumat (28/5/2021).
Baca juga: Merangsang Semangat Industri Pariwisata Lewat Joglosemar Tourism Awards 2021
Ini sudah kali kedua mereka mengikuti uji coba PTM. Sebelumnya, SD Negeri Serayu juga sudah mengikuti program ini dari 28 April - 7 Mei 2021.
Bagaimana hasil dari program uji coba tatap muka ini?
Simak wawancara eksklusif Tribun Jogja dengan Kepala SD Negeri Serayu, Marsono MPd, Jumat (28/5/2021) di sela-sela kegiatan uji coba.
Bagaimana alur uji coba PTM untuk siswa?
Ini kami sudah melaksanakan uji coba PTM yang kedua kali ya, jadi sudah tidak ada kendala berarti.
Meski begitu, kami tetap memberikan sosialisasi via zoom untuk orang tua siswa terkait uji coba ini.
Kami beritahu bagaimana alur masuknya dan apa yang akan didapat siswa ketika masuk sekolah.
Alhamdulillah, sebagian besar menyambut baik. Tadi pagi, siswa harusnya masuk 07.30 WIB, jam 07.00 WIB sudah lengkap. Mereka sudah paham aturannya.
Alurnya, siswa masuk dari pintu timur. Nanti kalau keluar, dari sebelah barat. Jadi pintu masuk dan keluar tidak sama.
Sebelum masuk, suhu badan mereka dicek dulu, lebih dari normal atau tidak. Kalau lebih, akan ada penanganan lebih lanjut.
Masker juga tidak boleh lupa atau lepas. Ini penting sekali. Kami juga sudah siap masker di sekolah.
Untuk hari pertama ini, berapa banyak yang masuk uji coba?
Kalau yang masuk ya hampir seratus persen. Saya bilang hampir, karena ada yang tidak masuk juga.
Kenapa tidak masuk? Karena kami juga meminta perizinan orang tua.
Pasti ada lah satu dua orang tua yang merasa khawatir anaknya masuk sekolah di masa pandemi atau memang lagi di luar kota.
Ada juga yang pernah kedatangan tamu pas Hari Raya Idulfitri lalu. Detail itu juga jadi fokus kami.
Kelas V ini hanya berjumlah 64 siswa. Kemudian, mereka dibagi menjadi lima kelas. Sehingga, satu kelas hanya berisi sekitar 12 orang saja.
Kelasnya tidak penuh siswa sehingga mengurangi potensi penularan.
Besok Sabtu (29/5/2021), ada sekitar 57 anak yang mengikuti pembelajaran tatap muka seperti ini. Mereka juga akan dibagi menjadi lima kelas.
Selama dua jam itu, apakah mereka bisa menyerap pelajaran yang diajarkan guru?
Untuk tahap kedua ini, dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta meminta agar PTM diisi dengan pendidikan karakter.
Sehingga, materi pelajaran didampingi dengan pendidikan karakter, mulai dari religiusitas sampai integritas. Ini dilakukan untuk membangkitkan semangat anak bersekolah.
Maka, saya pesan ke guru-guru, utamakan pendidikan karakter itu dulu karena yang penting anak senang.
Tadi, pembelajarannya ya tidak melulu di dalam kelas, ada yang di luar, seperti menanam bunga, berkarya. Senang dulu, kuncinya.
Selama satu tahun, mereka itu sudah belajar daring kan, bosan dan capek pasti. Jadi, ini adalah kesempatan agar mereka mau belajar lagi di sekolah.
Tentu, prokes tetap diimplementasikan. Kami selalu mengawasi itu.
Kalau siswa senang, bagaimana dengan guru?
Gurunya ini juga ikutan senang. Banyak yang sudah tidak sabar untuk uji coba PTM karena ingin bertemu siswa lagi.
Guru-guru kelas 1 ini juga senang dan berkata mereka belum pernah ketemu anak muridnya. Mereka ingin berinteraksi secara langsung, tidak hanya lewat teknologi saja.
Menurut saya, interaksi personal tatap muka begini ini membuat orang senang.
Saya juga melihat sekolah daring membuat orang tua lebih repot. Maka, kemarin pas sosialisasi, sebagian besar ya senang dengan kebijakan ini.
Kalau tidak sekarang dicoba, kapan lagi? Dari sini kan ada evaluasi juga. Kami kirimkan evaluasi ke dinas.
Di sini ada komite, ada orang tua yang juga mengawasi, khususnya prokes.
Baca juga: Penerapan Prokes COVID-19 Pada Pesta Pernikahan di Klaten Sabtu-Minggu Ini Diminta Diperketat
Apakah bapak optimis PTM di masa pandemi bisa terwujud dengan aman?
Saya cukup optimis dengan itu karena usaha kami tidak main-main mewujudkan PTM uji coba. Kami atur bagaimana anak tidak berkerumun, ruang kelas selalu dan skrining berkala.
Di sekolah seperti ini, prokesnya cukup jelas. Kami sediakan sarana cuci tangan dan fasilitas lain.
Bahkan, ketika mereka pulang saja, kami minta tunggu di kelas dulu sampai orang tua atau keluarga menjemput.
Mereka tidak boleh berkerumun di gerbang. Kami tahan di kelas, kami panggil satu-satu jika keluarganya sudah ada yang datang.
Sebelum pulang, pokoknya mereka juga harus cuci tangan dan masker tidak boleh lepas. (ard)