Cerita Fajar Saat Berseragam PSIM
Lemparan ke Dalam Tak Terlupa Nyaris ke Lawan
Kalau main (sepak bola) sama saudara sendiri, apalagi saudara kandung, pasti ada keinginan untuk satu sama lain mengusahakan agar bisa saling membantu
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Agus Wahyu
Terinspirasi dari Sang Kakak
Hampir semua saudara dari Fajar adalah pemain bola. Wajar saja, karena sejak dulu orang tuanya memang mengarahkan semua anaknya untuk bermain sepak bola. "Alasan bapak sebetulnya sederhana, beliau cuma pengen anak-anaknya kalau main tidak aneh-aneh, kan daripada sore-sore kemana tidak jelas, mending main bareng di lapangan," ujarnya.
Ketertarikan Fajar terhadap sepak bola sudah muncul ketika dirinya masih masih TK. Kala itu, ia kerap diajak kakak-kakaknya bermain sepak bola. Lapangan pertama tempat berlatih adalah Lapangan Raden Ronggo, Kalasan. Setiap sore ia ikut bermain dan memperhatikan kakak-kakaknya berlatih. "Saya juga jadi ikut tertarik gara-gara kakak saya waktu itu," katanya.
Keinginannya menjadi pelatih karena alasan kuatnya ingin tetap menjalankan kecintaanya bermain sepak bola. Apalagi, hidupnya pernah ditopang oleh sepak bola semasa dirinya masih berkiprah selama 13 tahun. Ia juga ingin membuktikan kepada anak-anak masa kini bahwa olahraga atau sepak bola dapat menjadi sebuah pekerjaan yang menghasilkan.
"Jadi pemain sepak bola itu bukan cuma sekadar mimpi, bisa diwujudkan dan menjadi sumber penghidupan," tutupnya. (tsf)