Pembunuhan Bocah di Temanggung

Kasus Ritual Usir Roh Jahat Berujung Maut di Temanggung, Dukun: Tenang Nanti Tak Hidupkan Lagi

A Bocah umur 7 tahun warga Desa Congkrang, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah ditemukan meninggal dunia.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Iwan Al Khasni
IST
Ilustrasi 

- Kasus Bocah Meninggal Korban Praktik Dukun di Temanggung

- Ritual Usir 'roh jahat' Berujung Maut

Desa Congkrang, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung
Desa Congkrang, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung (Google)

Tribunjogja.com Temanggung -- A Bocah umur 7 tahun warga Desa Congkrang, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah ditemukan meninggal dunia.

Dia diduga kuat menjadi korban praktik perdukunan.

A Meninggal dunia mengikuti ritual yang disarankan oleh dua orang yang berperan sebagai dukun.

Dua dukun itu adalah H (Haryono) dan B (Budiyono)

A meninggal dunia karena ditenggelamkan berkali-kali oleh kedua orang tuanya setelah berkonsultasi kepada H dan M.

Berikut keterangan Kepala Desa setempat kronologi

1. Usir Roh Jahat

Kepala Desa Bejen, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Sugeng mengungkapkan, kasus itu bermula kedua orang tua A berkonsultasi kepada H dan M sebagai dukun atau ahli supranatural yang hendak mengusir ruh jahat.

Dukun H mengklaim bahwa A adalah anak genderuwo setelah ia melihat A tidak bereaksi ketika diminta oleh H untuk memakan bunga mahoni yang pahit dan beberapa cabai.

"Karena takut, pak Marsudi meminta H dan B untuk menyembuhkan anaknya. Ritualnya dengan cara menenggelamkan A di bak mandi," katanya, saat dihubungi Tribun Jogja.

2. Lemas kemudian Pingsan

Berdasarkan keterangan yang diterima Kepala Desa dari dua dukun itu. Satu diantara ritual yang dilakukan yaitu dengan menenggelamkan korban.

Sedikitnya sudah sebanyak empat kali sejak pertama kali M berkonsultasi kepada H dan B sekitar Januari 2021.

Pada saat itu ritual pertama berupa menenggelamkan A di bak mandi tidak berpengaruh dengan kesehatan A.

Begitu pula dengan ritual kedua dan ketiga, saat itu A masih sanggup menahan serangkaian ritual itu semua.

"Sebelum ditenggelamkan di bak mandi, A itu juga sempat diminta untuk mandi kembang tengah malam. Lalu ditenggalamkan di bak mandi empat kali. Pertama sampai ke tiga gak apa-apa," ujarnya.

"Setelah keempat kalinya mungkin tubuhnya lemah, terus dia pingsan. Gak sadarkan diri lama sekali," imbuh kata Kepala Desa Bejen.

3. Ritual Terakhir

Ritual yang keempat itu dilakukan oleh B yang tak lain adalah rekan H sesama dukun.

Saat ity A sudah tak sadarkan diri, B kemudian meminta M untuk memanggil H.

Begitu sampai di rumah korban, H tahu jika A sudah tidak sadarkan diri.

Kala itu H justru menjanjikan kepada M akan menghidupkan kembali anaknya yang telah meninggal dunia tersebut.

"Yang paling lama menenggelamkan Ais ke bak mandi itu Budiyono. Sampai akhirnya tak sadarkan diri. Lalu pak Marsudi memanggil Haryono.

"Tapi dia bilang, tenang-tenang gak usah bingung, nanti tak hidupkan lagi," terang Sugeng.

Masih kata Sugeng, saat itu H meminta M untuk membersihkan tubuh anaknya dan diminta untuk menaruh jenazahnya di dalam kamar dengan ditutupi kain.

"Dia bilang, supaya jenazah dik Ais dibersihkan dulu, dirawat dulu. Setelah bersih dijanjikan akan dihidupkan lagi," bebernya.

Selama menjalankan praktik supranatural, menurut Sugeng H dan B tidak meminta imbalan apapun kepada M.

Hanya sesekali M membelikan pulsa kepada H dan B, serta beberapa rejeki juga diberikan kepada H dan B.

"Tidak minta imbalan. Tapi kadang pak Marsudi membelikan pulsa kepada mereka. Kalau imbalan finansial enggak. Cuma ya kadang-kadang aja kalau ada rejeki ngasih," pungkasnya.

Kronologi Ungkap Kasus

Kepala Desa (Kades) Bejen, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung Sugeng merasa terpukul atas terungkapnya penyebab kematian bocah berinisial A.

Dari pengakuan Sugeng, mayat A terungkap setelah paman korban menanyakan kepada orang tua korban karena A sudah jarang terlihat.

Setiap paman korban menanyakan kepada M yang tak lain adalah ayah korban, dirinya selalu memberikan jawaban yang berbelit.

"Setiap ditanya anakmu itu dimana kok gak pernah kelihatan? Pak Marsudi selalu jawab ada di rumah embahnya (kakeknya)," kata Sugeng, kepada Tribunjogja.com, Selasa (18/5/2021).

Perasaan kehilangan A pun turut dirasakan oleh kakek korban yang kini menetap di Desa Congkrang.

Pasalnya, setiap kali ayah korban datang ke rumah kakek dari A, sang ayah selalu tidak mengajak A.

"Setiap kali datang ke rumah mbahnya yang di Congkrang, mbah e selalu tanya A mana? Jawabnya A baru main mbah, A masih ngaji mbah," jelas Sugeng.

Karena sang paman dan kakek A sama-sama merasa kehilangan, akhirnya pada saat lebaran hari kedua, paman korban tak kuasa menahan perasaan ingin jumpa dengan A.

Paman korban kemudian mendatangi rumah kakek A di Desa Congkrang, dengan tujuan ingin menjenguk keponakannya itu.

"Di sana pamannya ini nanya. Mbah, A mana saya pengen lihat ais, kok suwe gak dolan neng Bajen (kok lama gak main ke eajen).  Mbahnya kaget, loh A tidak di sini. Sudah lama gak ke sini," paparnya.

Masih kata Sugeng, karena jawaban orang tua korban dianggap oleh kakek dan paman korban mencurigakan, akhirnya kakek korban memutuskan untuk mendatangi rumah M.

"Di sana pM ditanya sama mbahnya A. Mana A? M menjawab ada di rumahnya H (tersangka-red)," kata dia.

Singkat cerita, kakek korban menyuruh M untuk menelepon H dan diminta untuk segera datang ke rumah karena ditunggu oleh kakek korban.

Sesampainya di rumah M, H dan M menjelaskan kondisi serta keberadaan A yang saat itu berada di dalam kamar dengan kondisi tubuh ditutupi sebujur kain.

"Setelah ada negosiasi akhirnya kakek A ini disuruh lihat A di kamarnya. Begitu membuka pintu, kakeknya ini kaget dan gak percaya. Dia syok karena gak percaya jika yang di kamar itu adalah cucunya," jelas Sugeng.

Tangkap B dan H

Melihat fakta yang dijumpai pada saat itu, Kakek korban lantas menghubungi Kades Congkrang untuk meminta solusi atas fakta yang baru saja dilihat.

Kemudian, Sugeng saat itu menerima panggilan seluler dari Kades Congkrang yang intinya meminta agar pemerintah desa memastikan apa sebenarnya yang terjadi pada A.

Pada Minggu (16/5/2021) malam Sugeng yang didampingi oleh Kepala Dusun, RT dan RW mendatangi rumah M.

Di sana Sugeng menanyakan kepada M terkait keberadaan A yang katanya disembunyikan di dalam kamar.

"Pertama gak mau ngaku. Bilangnya anaknya di rumah H. Saya gak sabar ya tak dobrak saja. Begitu buka pintu saya langsung syok melihat anak itu sudah meninggal," ungkapnya.

Saat itu juga Sugeng melapor ke Polsek Bajen agar pihak kepolisian segera menangani.

Ilustrasi
Ilustrasi (Polri.go.id)

"Dari kepolisian langsung menyuruh menangkap B dan H. Saya kerahkan pemuda untuk tangkap keduanya," jelas Sugeng.

Setelah diinterogasi oleh pihak Kepolisian, Sugeng mengatakan bahwa penyebab kematian itu didalangi oleh H.

"Dan penyebabnya ya karena A ini dimasukan ke bak mandi empat kali.

"Ibunya satu kali, bapaknya dua kali. Dan terakhir itu B satu kali melakukannya dan itu lama hingga menyebabkan A pingsan," beber Sugeng. ( Tribunjogja.com | Hda )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved