Bisnis

Program Diklat 3 in 1 BDI Yogyakarta Bersama Dekranada Jadi Keunggulan

Program diklat 3 in 1 ini punya nilai lebih bagi peserta. Tak hanya pelatihan dan sertifikasi yang didapat, tapi juga ada penempatan kerja.

Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Amalia Nurul
Para peserta yang merupakan generasi milenial mengikuti diklat 3 in 1 pembuatan batik tulis di BDI Yogyakarta, Selasa (18/5/2021). 

Generasi milenial akan menciptakan desain batik yang lebih fresh sesuai dengan desain anak muda.

"Oleh karena itu fokus pada millennial. Nah ini milenial, desainnya juga lebih pada milenial. Jadi tidak hanya manusianya yang muda, tapi juga desainnya lebih pada desain anak muda," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Balai Diklat Industri (BDI) Yogyakarta, Tevi Dwi Kurniaty berujar, program diklat membatik 3 in 1 ini dirasa sangat cocok untuk generasi millennial.

"Karena saya banyak dengar kalau batik ini biasanya untuk yang sudah senior. Kami coba, dan tidak menyangka, kami umumkan setengah jam pesertanya membludak," ungkapnya.

Lanjutnya, dari ratusan lebih yang mendaftar kemudian diseleksi oleh Dekranasda.

"Jadi dengan Dekranasda diseleksi, dapatlah untuk yang pertama ini 32 orang. Bila ini sukses, artinya semua punya bakat dan ide untuk mengembangkan batik, ini akan kami lanjutkan untuk angkatan kedua," kata Tevi.

"Mudah-mudahan semua sukses dan lancar sehingga bisa kami lanjutkan di angkatan kedua. Banyak pertanyaan dari yang tidak lolos seleksi pertama, apakah bisa ikut di angkatan kedua, sambungnya.

Baca juga: Berwisata Sembari Belajar Batik Khas Yogyakarta di Kampung Batik Giriloyo Bantul

Ada Sejak 2015

Program 3 in 1 ini lanjut Tevi, telah ada sejak tahun 2015.

Lahirnya program ini berdasar undang-undang nomor 3 tahun 2014 yakni untuk menyiapkan SDM yang kompeten.

"Kami diamanahkan untuk menyiapkan SDM yang kompeten. SDM yang kompeten adalah SDM yang mempunyai kemampuan. Jadi untuk mengetahui mereka itu mampu dia kita latih, setelah kita latih kita uji kompetensi dengan sertifikasi, kemudian kami tempatkan dia bekerja di industri," tuturnya.

Program 3 in 1 Yang sudah dilaksanakan BDI selain membatik yakni segmen industri plasti dan industri alas kaki.

"Kebetulan di Yogyakarta tidak ada industri alas kaki, ternyata adanya sarung tangan dan cukup banyak," jelasnya.

Namun, diklat untuk industri sarung tangan ini belum pernah diberikan karena belum ada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Baca juga: Sleman Pre-launching Gedung Dekranasda untuk Tingkatkan Produktivitas UMKM

Sehingga BDI hanya bisa memberikan pelatihan yang sudah bisa disertifikasi atau yang sudah memiliki SKKNI.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved