Penyekatan Mudik 2021

Tingkat Hunian Semakin Turun, PHRI Berharap ASN yang Tidak Boleh Mudik dapat Menginap di Hotel

Kondisi yang diakibatkan dari kebijakan larangan mudik oleh pemerintah membuat hotel-hotel menjerit. PHRI DIY mencatat bahwa tingkat hunian hotel

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
DOKUMENTASI Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, memasang pita hitam di dada kiri sebagai bentuk keprihatinan atas perpanjangan PSTKM, Selasa (26/1/2021). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kondisi yang diakibatkan dari kebijakan larangan mudik oleh pemerintah membuat hotel-hotel menjerit.

PHRI DIY mencatat bahwa tingkat hunian hotel di tahun ini lebih parah dari pada tahun lalu.

"Dua hari yang lalu tingkat hunian kita 15-25 persen rata-rata. Hari ini 0,5 sampai dengan 10 persen. Reservasi di tanggal 13-20 Mei paling tinggi 0,6 persen. Ini reservasi yang menyedihkan, ini rekor terendah selama PHRI berdiri, dan ini tidak hanya dialami oleh DIY," ujar Ketua DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Deddy Pranowo Eryono, Kamis (6/5/2021).

Baca juga: Cairkan THR Pegawai, Pemkab Gunungkidul Keluarkan Anggaran Rp 37,3 Miliar

Deddy mengatakan bahwa saat ini pihak hotel dan restoran tengah mengandalkan staycation dari masyarakat.

Namun hal itu juga dirasa kurang karena Deddy menilai bahwa daya beli masyarakat saat ini masih rendah.

Maka dari itu, PHRI DIY berharap, ASN yang tidak boleh keluar kota atau mudik bisa membantu mengisi kekosongan hunian.

Setidaknya untuk stay atau menginap satu atau dua hari di hotel yang sudah menerapkan protokol kesehatan dan telah memiliki sertifikasi CHSE.

Bahkan Deddy menyebutkan bahwa dari anggota PHRI sendiri kini berusaha saling membantu dengan cara menginap di hotel lain.  

"Bahkan PHRI sendiri, antar DPC PHRI, baik Kulon Progo, Gunungkidul, Sleman, Bantul dan kota Yogyakarta saling mengisi. Misalnya keluarga saya, menginap di daerah Kulon Progo, Gunungkidul atau Bantul. Anggota dari Bantul kemudian gantian menginap di daerah lain. Paling tidak 1-2 hari dan itu tetap membayar, tidak gratis," ujarnya.

Dengan langkah ini, yang terpenting adalah tetap ada mobilitas dan ekonomi terus berjalan.

Maka dari itu, ia berharap apa yang dilakukan antar anggota PHRI ini juga bisa didukung pemerintah.

Misalnya ASN di Kulonprogo menginap di wilayah Kota Yogyakarta, begitu pula sebaliknya.

"Strategi jangan mudik ayo piknik ya seperti itu," tandasnya.

Deddy mengatakan bahwa PHRI mencoba untuk menggerakan diri mereka sendiri.

Akan lebih baik jika pemerintah juga bisa membantu dengan mewajibkan ASN untuk saling berkunjung ke wilayah lain dan menginap di hotel dan makan di restoran.

Baca juga: Puluhan Kendaraan Putar Balik dalam Kurun Waktu Sejam di Perbatasan Magelang-DI Yogyakarta

"Karena bagaimanapun juga, hotel dan restoran adalah pendulang pendapatan asli daerah (PAD) terbesar. Dengan kondisi seperti ini, solusi dari pemerintah yang kita harapkan," ujarnya.

Namun demikian, PHRI DIY tetap berharap ada kebijakan yang bisa memberikan celah.

Misalnya tetap memperbolehkan adanya kunjungan dari daerah lain di seputaran DIY, seperti Solo, Purworejo dan Magelang.

Tentu saja bisa dilengkapi dengan syarat-syarat seperti hasil rapid test dan syarat penunjang lainnya.  

"Kondisi saat ini sangat berat, karena kebijakan yang selalu berubah dan selalu mendadak, ini membingungkan dari strategi yang sudah kita rencanakan. Kalau dibandingkan tahun lalu, lebaran tahun ini lebih parah (tingkat hunian), menyedihkan," tutupnya. (nto)  

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved