Paket Makanan Misterius Berujung Maut

Kasus Sate Beracun, Pakar Farmasi UGM : Kalium Sianida Sedikit Lebih Toksis

Natrium sianida dan kalium atau potasium sianida menimbulkan efek yang hampir mirip, namun kalium sianida bersifat lebih toksis atau lebih kuat.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Shutterstock
Ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Polres Bantul terus melakukan pendalaman kasus sate maut yang menewaskan NFP (10) pada Minggu (25/4/2021).

Kanit Reskrim Polres Bantul, AKP Ngadi mengatakan tersangka NA (25) mengaku membeli racun sianida hanya untuk memberi pelajaran kepada T  -lelaki yang ditarget menerima paket sate beracun- dengan menimbulkan efek diare.

Menurut Ngadi, tersangka membeli racun tersebut melalui e-commerce sekitar Maret lalu.

Tersangka memesan sodium sianida, namun barang yang diterima adalah kalium sianida. 

Baca juga: Sianida Racun Pembunuh Klasik yang Disejajarkan dengan Arsenik

Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga bertugas di Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi UGM, Dr Arief Nurrochmad, MSi, MSc, Apt, menjelaskan perbedaan dua jenis racun sianida ini.

Menurut Arief, antara sodium atau natrium sianida dan kalium atau potasium sianida menimbulkan efek yang hampir mirip, namun kalium sianida bersifat lebih toksis atau lebih kuat.

"Sebenarnya hampir mirip antara sodium atau natrium sianida dengan kalium sianida. Hanya sedikit lebih kuat kalium sianida atau potasium sianida itu. Jadi kalau dilihat dari uji dosis mematikan pada hewan (kalium sianida) relatif sedikit lebih kuat, dosisnya lebih kecil," ujar Arief kepada Tribunjogja.com, Selasa (4/5/2021).

"Tetapi intinya hampir sama karena kelarutannya lebih sedikit air untuk kalium dibanding natrium, jadi kalau dia lebih larut air, dia lebih mudah terserap di dalam tubuh," sambungnya.

Arief menjelaskan, antara keduanya terdapat perbedaan yang tidak terlalu mencolok.

Baca juga: Apa Itu Racun Kalium Sianida yang Ada di Bumbu Sate Misterius Menewaskan Bocah di Bantul?

Namun demikian, senyawa yang lebih banyak tersedia di pasaran adalah kalium atau potasium sianida.

"Lebih banyak diproduksi (potasium sianida). Itu biasanya yang banyak terdapat pada racun-racun," beber Arief.

Arief menerangkan, sianida merupakan satu di antara racun/zat kimia yang mengandung gugus siano (C≡N).

Sianida dapat berupa gas tidak berwarna, seperti hidrogen sianida (HCN), sianogen klorida (CNCl), bentuk kristal seperti natrium sianida (NaCN), atau kalium sianida (KCN).

Kebanyakan orang tidak dapat mendeteksi bau sianida.

Namun, jika tercium atau dimasukkan dalam makanan/minuman, sianida terkadang dideskripsikan memiliki bau almond pahit.

Baca juga: Penjelasan Bagaimana Racun Kalium Sianida Bisa Membunuh Beserta Tips Pertolongan Pertamanya

Banyak zat yang mengandung gugus sianida, namun tidak semuanya beracun.

Ditanya tentang kemungkinan seseorang meninggal ketika mengonsumsi racun jenis ini, Arief menyampaikan, kemungkinannya besar.

"Kemungkinan besar meninggal, tergantung dari dosis paparan, waktu, dan cara penanganan tata laksana keracunan. Jika dosisnya cukup besar dan waktu penanganan sudah terlambat >4 jam kemungkinan besar meninggal cukup besar sekitar 90 persen," ungkapnya.

Ia melanjutkan, dosis fatal sianida umumnya berkisar 1,5 miligram per kilogram tubuh manusia (105 mg/manusia 70kg) atau sekitar 0,1 g. Lebih dari itu, racun sianida bisa sangat mematikan.

"Sianida merupakan salah satu komponen pestisida (racun serangga atau racun tikus) dan apotas yang mengacu ke potasium sianida yang sering digunakan untuk racun tikus/ikan," tambahnya. ( Tribunjogja.com ) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved