Kasus Paket Sate Beracun, Pakar Psikologi UGM: Pelaku Sudah Miliki Ekspektasi Tinggi Terhadap Target
Kasus Paket Sate Beracun, Pakar Psikologi UGM: Pelaku Sudah Miliki Ekspektasi Tinggi Terhadap Target
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Hari Susmayanti
Mungkin saja, NAN sudah membayangkan pujian dan perhatian dari keluarga dan tetangganya di kampung apabila dia bisa menggaet T yang memiliki profesi tersohor.
Nahas, mimpi itu lenyap tatkala dia tahu T justru menikah dengan perempuan lain.
“Ketika dia tiba-tiba terbangun, ternyata realita tidak sama dengan ekspektasinya, maka bisa saja dia menyimpan dendam terhadap T,” paparnya.
Dendam dan amarah yang terkumpul itu mendorongnya untuk menyakiti T, salah satunya dengan racun.
Prof Koentjoro menjelaskan, NAN pasti akan semakin jengkel jika selama ini dia ingat hanya dimanfaatkan oleh T.
“Ada rasa kecewa mendalam dari NAN terhadap T yang sudah melambungkannya setinggi langit kemudian menjatuhkannya,” ucapnya.
Meski begitu, Prof Koentjoro yakin sebenarnya NAN merasa bersalah karena sate yang dibumbui sianida justru memakan korban orang lain.
Apalagi, korban adalah anak-anak dari keluarga yang tidak tahu apa-apa tentang masalahnya dengan T.
“NAN itu hanya mengutamakan emosi pada saat membumbui sate dengan sianida itu. Strateginya amburadul karena sudah disulut benci. Dia tidak mikir panjang, bagaimana jika satenya disantap orang lain. Dia juga tidak teliti,” tandasnya. (Tribunjogja/Ardhike Indah)