Bisnis
Satu Tahun Pandemi COVID-19, Usaha Kuliner di DI Yogyakarta Mulai Menggeliat
Geliat kebangkitan di industri kuliner di DI Yogyakarta juga tidak terlepas dari keterbiasaan masyarakat dengan protokol kesehatan (prokes).
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Bahkan, di masa Ramadan tahun ini, banyak restoran independen atau di dalam hotel yang telah mempromosikan paket buka puasa bersama.
“Mereka pasti sudah menerapkan protokol kesehatan ketat. Misal, tamu wajib menggunakan masker dan cuci tangan. Meja satu dan lainnya berjauhan. Pasti sudah dipikirkan,” tutur Khairul.
Penyesuaian itu wajib dilakukan oleh restoran dan pelaku industri kuliner lainnya agar tetap bisa bertahan di masa krisis.
“Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang memang menyukai kebersamaan dalam banyak hal. Ini butuh penyesuaian untuk saling menjaga,” jelasnya.
Geliat kebangkitan di industri kuliner di DI Yogyakarta juga tidak terlepas dari keterbiasaan masyarakat dengan protokol kesehatan (prokes).
Baca juga: Saben Selasa Nyoto, Kolaborasi Pelaku Kuliner dan Seni Melawan Pandemi Covid-19
Ditambah masyarakat sudah banyak yang mengikuti vaksinasi, sehingga ada kepercayaan publik tentang keamanan membeli makanan dari luar.
“Aku sendiri belum bisa mengkorelasikan apakah vaksinasi meningkatkan geliat industri kuliner karena orang yang tervaksin juga belum mencapai setengah jumlah penduduk, tapi aku percaya masyarakat sudah teredukasi dengan prokes,” bebernya.
Dari edukasi itu, publik menjadi lebih optimis dan teratur hidup di masa pandemi dan berkegiatan di luar tanpa ketakutan terjangkit virus corona.
“Misalnya, kalau kita keluar rumah, tidak pakai masker, pasti kan ngerasa ada yang kurang. Kalau di tempat makan tidak ada hand sanitizer atau tempat cuci tangan, pasti bakal dinyinyirin kan,” papar Khairul.
Bimo Arya juga merasakan kenaikan penjualan di tahun 2021. Bimo merupakan pengusaha katering dan perhotelan asal Yogyakarta.
Biasanya, dalam sebulan, usaha kateringnya itu bisa melayani kurang lebih 100 orang klien dengan berbagai macam kebutuhan.
Namun, ketika pandemi merebak, penjualan langsung tiarap.
Baca juga: Kuliner Khas Jawa Timur Rawon Dinobatkan Sebagai Menu Sup Terenak se-Asia, Berikut Daftarnya
Tidak ada orderan yang masuk sama sekali karena tiada kegiatan yang digelar.
“Sampai bulan Februari 2021 ini sebenarnya masih jatuh banget. Apalagi Q2-Q3 di tahun 2020, hampir bisa dikatakan tidak ada orderan sama sekali,” jelas Bimo.
Perlahan-lahan, usahanya itu kembali naik lantaran sudah cukup banyak agenda dilaksanakan dan membutuhkan konsumsi untuk para tamu.