Dosen UAD Yogyakarta Bantu Warga Sentolo Kulon Progo Tingkatkan Nilai Ekonomi Kelapa
Nilai ekonomi dari buah kelapa di desa tak terlalu tinggi. Hal tersebut dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di Padukuhan Nglotak,
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Nilai ekonomi dari buah kelapa di desa tak terlalu tinggi. Hal tersebut dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di Padukuhan Nglotak, Kalurahan Kaliagung, Kapanewon, Sentolo, Kulon Progo.
Masyarakat setempat hanya mampu menjual setiap buah kelapa dengan harga Rp 750.
Melihat kondisi tersebut, para dosen di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta memiliki inisiatif untuk meningkatkan nilai ekonomi buah kelapa dari desa.
Baca juga: UPDATE Gunung Merapi, Guguran Lava Pijar Teramati Sejauh 800 Meter, Asap Membumbung 30 Meter
Melalui program ‘Pelatihan Pengolahan Komoditas Lokal untuk Menambah Nilai Ekonomi’ pada Jumat (9/4/2021), tiga dosen UAD Yogyakarta, Marsudi Endang Sri Rejeki SE MM, Nunik Hariyanti SIKom MA, dan Wahidah Mahanani Rahayu STP MSc, coba menggerakkan perekonomian di desa tersebut.
Pelatihan yang dilakukan meliputi kegiatan tentang praktik perhitungan keuangan usaha, komunikasi pemasaran melalui kemasan dan pemanfaatan digital marketing, serta nilai gizi dari komiditas lokal dan praktek langsung membuat olahan.
Ketiga dosen tersebut memiliki optimisme untuk mengangkat nilai ekonomi dari buah kelapa agar lebih tinggi dari sebelumnya.
“Kami berharap melalui pelatihan ini masyarakat di Nglotak bisa mendapatkan keuntungan dari pengolahan buah kelapa. Jadi kelapa tidak sekadar dijual begitu saja tapi bisa diolah dan kemudian dijual dengan nilai ekonomi lebih tinggi,” kata Marsudi Endang Sri Rejeki di sela kegiatan.
Selain itu, Nunik Hariyanti juga menyampaikan bahwa pengemasan sebuah produk agar bisa dijual juga menjadi hal yang penting.
Dengan memberikan pemahaman pentingnya pengemasan dan pemasaran produk secara digital, diharapkan bisa meningkatkan nilai jual sebuah produk.
“Jadi di sini kami memberikan pelatihan kepada masyarakat agar ketika menjual produk tidak sekadar menjual begitu saja. Namun untuk berjualan, masyarakat juga perlu mengetahui pasar yang dituju, bagaimana pengemasan produk itu sehingga produknya lebih dihargai,” tuturnya.
Dari buah kelapa, masyarakat diberi pelatihan untuk melakukan pengolahan menjadi tepung kelapa dan egg roll atau biasa disebut ‘semprong’.
Pada pelatihan tersebut, terdapat 15 orang yang berpartisipasi.
Mereka cukup antusias dalam mengikuti pelatihan tersebut. Sebut saja, Tumiyati yang mengaku senang dengan adanya pelatihan tersebut.
Baca juga: Info Prakiraan Cuaca di DI Yogyakarta Sabtu 10 April 2021, Kabupaten Sleman Diguyur Hujan Ringan
Menurut Tumiyati, melalui pelatihan peningkatan nilai ekonomi buah kelapa itu, dirinya jadi mengetahui pentingnya pengemasan.
“Kami juga jadi tahu pentingnya membedakan keuangan pribadi dan penjualan. Di sisi lain, soal gizi juga menjadi perhatian. Karena kami juga tambah ilmu soal manfaat kelapa dari gizinya. Jadi orang bisa tahu kandungan yang ada di buah kelapa,” ujarnya.
Tumiyati berharap agar pelatihan semacam ini tidak hanya dilakukan kali ini saja.
“Kalau harapan kami ya ada kelanjutan dari pelatihan ini. Bagi kami ini sangat penting untuk menunjang kemandirian warga yang ada di sini, terutama yang berminat untuk mengembangkan olahan buah kelapa,” imbuhnya. (*)