Kondisi Mal di DI Yogyakarta setelah Satu Tahun Pandemi, Merchant Tidak Lanjut Sewa
Satu tahun pandemi di Indonesia, banyak tenant mal di DI Yogyakarta yang memilih untuk tidak lagi beroperasi.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Hari Susmayanti
Dia mencontohkan, departement store yang menyasar masyarakat menengah keatas, akan rentan gulung tikar.
Ini berbeda keadaannya dengan departement store yang memiliki pasar masyarakat menengah ke bawah.
Mereka mungkin saja bisa bertahan di masa pandemi lantaran mengikuti pasar riil di DIY.
“Tiga tahun sebelum pandemi, mahasiswa saya pernah survey beberapa departement store atau ritel fesyen di DIY. Hasilnya cukup menarik,” katanya.
Dijelaskannya, untuk departement store yang menyasar kalangan menengah ke bawah, ada cukup banyak orang yang membeli produk di retail tersebut.
Apabila ada 10 orang yang masuk, maka setidaknya ada 6-7 orang yang keluar membawa tas berlogo departement store itu.
“Itu kan artinya mereka belanja,” ungkapnya.
Sementara, untuk departement store dengan pasar masyarakat menengah keatas, hanya ada 1-3 orang yang membeli barang, dari 10 orang yang berjalan-jalan.
Survei tersebut dilakukan di akhir pekan, Jumat, Sabtu dan Minggu.
Ia berharap, departement store untuk warga menengah keatas bisa bertahan di masa pandemi ini.
“Selain ritel fesyen, usaha food and beverages juga terdampak di awal pandemi. Namun, saya kira ada pergerakan saat ini. Sehingga, mereka masih mampu bertahan,” tandasnya.
General Manager Plaza Ambarrukmo, Surya Ananta mengakui, selama masa pandemi, masyarakat memiliki kebutuhan pokok sendiri.
Di masa pandemi, siapapun pasti akan mengutamakan sektor pokok terlebih dahulu untuk dipenuhi.
Tidak heran, sejumlah ritel fesyen ikut terimbas karena permintaan yang kurang. (Tribunjogja/Ardhike Indah)