Apersi Jateng & DIY: Mewujudkan Rumah untuk MBR Butuh Sinergi Stakeholder
Sinergi dari berbagai stakeholder menjadi kunci dalam mengejar target nasional 1,2 juta rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Kapasitas produksi nantinya dalam sebulan setara dengan 14 ribu rumah subsidi,” imbuh Henrianto.
Pengembang bisa mendapatkannya secara cepat karena jarak kirim relatif lebih dekat. Keterlambatan pengiriman juga bisa diminimalisir dengan kepemilikan armada angkutan sendiri.
Dengan hadirnya pabrik bata ringan Blesscon di Sragen maka membuatsemakin dekat, otomatis harga yang ditawarkan ke pengembang lebih kompetitif.
Jika dihitung biaya bata ringan per rumah subsidi selisihnya akan terlihat. Diharapkan dapat membantu pengembang yang tergabung dalam Apersi Jateng & DIY dapat memenuhi target dengan margin yang masih bisa dikejar.
Dari sektor perbankan, Bayu menambahkan besar harapannya agar KPR bersubsidi dapat diimplementasikan dengan baik.
Sebab daya beli masyarakat, terutama berpenghasilan rendah, masih dihajar oleh pandemi. Program KPR Bersubsidi seperti FLPP, SSB dan SBUM dilanjutkan dengan lebih berpihak, supaya produksi rumah terserap dan cita-cita hunian layak bagi warga negara Indonesia dapat terwujud.
Topik lain yang dibahas di Rakerda Senin (22/3) dan cukup menyita perhatian adalah wacana mengenai sertifikat elektronik.
Di satu sisi akan menjadi lebih efisien dan menghindari sertifikat ganda. Di sisi lain ada kekhawatiran keamanan sistem digital yang bisa diretas.
Rakerda Apersi Jateng & DIY yang bertajuk Membangun Sejuta Rumah, Mengubah Krisis Bangkitkan Ekonomi Rakyat ini ditutup dengan galla dinner dan penghargaan pada para anggota berprestasi. (rls)