Kota Yogyakarta
Optimalkan Upaya Penanganan Sampah, Pemkot Yogyakarta Lirik Teknologi Insenerator
Insenerator disebutnya cukup efektif untuk meminimalisir tumpukan sampah di Kota Yogyakarta, ketika TPS Piyungan berhenti beroperasi.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJGJA.COM - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mulai melirik metode lain, untuk optimalisasi penanganan sampah di wilayahnya.
Pemkot pun menunjukkan minatnya pada insenerator, atau teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto berujar, selama ini, dalam hal penanganan sampah, pihaknya masih bergantung pada TPST Piyungan.
Sehingga, saat pembuangan akhir yang berlokasi di Bantul tersebut tak beroperasi, terjadi kelimpungan.
Baca juga: TPST Piyungan Tutup 2 Hari, 720 Ton Sampah Menumpuk di Kota Yogyakarta
Bukan tanpa alasan, Kota Yogyakarta sekarang menjadi 'penyumbang' sampah terbesar di TPST Piyungan, dengan rata-rata sekitar 360 ton per hari.
Oleh sebab itu, saat ini, pihaknya harus mulai melakukan penguatan internal.
Satu di antaranya dengan upaya pengadaan insenerator.
"Misalnya, kita punya 10 insenerator, yang masing-masing bisa membakar 2 ton sampah dalam waktu 10 jam, begitu. Itu yang bisa kita upayakan untuk peningkatan penanganan sampah," terang Sugeng, Kamis (18/3/2021).
Beberapa waktu lalu, imbuhnya, Pemkot telah menerima penawaran insenerator dari PT Pindad, dengan harga satuan Rp1,5 miliar.
Bahkan, yang bersangkutan sudah beraudiensi langsung, dimana Wakil Wali Kota Heroe Poerwadi tampak berminat untuk memakai teknologi tersebut.
Baca juga: Antisipasi Sering Tutupnya TPST Piyungan, Pemkot Yogya Maksimalkan Peran Bank Sampah
"Kalau dari DLH, sudah siap lah. Hanya, harapan kami, kalau bisa kapasitasnya diperbesar. Paling tidak bisa untuk 5 ton. Ya, satu TPS saja per harinya masuk 2 truk (sampah), itu beratnya sekitar 7 ton," ungkapnya.
Walau begitu, insenerator disebutnya cukup efektif untuk meminimalisir tumpukan sampah di Kota Yogyakarta, ketika TPS Piyungan berhenti beroperasi.
Terlebih, insenerator yang ditawarkan PT Pindad tersebut bisa beroperasi secara mobile, sehingga pemanfaatannya cenderung praktis.
"Jadi, itu bisa berjalan, karena sifatnya mobile. Kalau misal TPST macet, tidak menerima pembuangan, kita bisa eksekusi langsung di tempat. Tapi, sejauh ini kita masih berhitung, ya, soal evektifitasnya, untuk pembakaran secara mobile di beberapa depo," cetus Sugeng.
Ia pun menilai, penggunaan insenerator tergolong aman bagi lingkungan.