Inilah Meriam Raksasa Kyai Poncowuro atau Kyai Guntur Geni, Buatan Sultan Agung Raja Mataram

Meriam atau kanon raksasa itu kini berada di halaman Pagelaran Keraton Surakarta, Jawa Tengah

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo
Meriam Raksasa Kyai Poncowuro atau Kyai Guntur Geni 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – “Seorang suci berpakaian putih mengungkapkan kepadanya bahwa empat pejabat tinggi yang terpenting harus disingkirkan”.

Demikianlah tulisan KC Crucq, penulis Belanda yang secara khusus mengulas meriam-meriam koleksi Keraton Surakarta dari berbagai era pendahulunya.

Bagian laporannya yang berjudul ‘De Knonnen in den Kraton Soerakarta : 1938” dikutip HJ de Graaf dalam buku ‘Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung: 1986’.

Baca juga: Warga Desa Gempol Klaten Temukan Batu Bata Kuno, Diduga Struktur Candi Zaman Kerajaan Mataram

Baca juga: Batu Bata Diduga Peninggalan Kerajaan Ditemukan di Malang, Diperkirakan Sejak Kerajaan Mataram Kuno

Intinya, Crucq menyebut, Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja Mataram yang bertahta di Keraton Kerta, melahirkan meriam super jumbo, yang kemudian diberi nama Pontjoworo, bermula dari mimpi.

Meriam atau kanon raksasa itu kini berada di halaman Pagelaran Keraton Surakarta.

Ia dipasang permanen di papan beton menyerupai kereta beroda.

Di papan penyangga terdapat tulisan beraksara Jawa, dan tulisan latin ejaan lama, “Marijem Kijahi Pontjoworo’.

Meriam Raksasa Kyai Poncowuro atau Kyai Guntur Geni, Buatan Sultan Agung Raja Mataram
Meriam Raksasa Kyai Poncowuro atau Kyai Guntur Geni, Buatan Sultan Agung Raja Mataram (Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo)

Keberadaannya cukup menyolok, di antara mobil-mobil pengunjung keraton atau Pasar Klewer yang diparkir di area tersebut.

Hingga Sabtu (6/3/2021), meriam keramat ini terlihat sangat terawat neski terpapar panas dan hujan.

Kondisinya bersih, mengkilat, tampak ada dupa dan piring berisi kembang serta gelas yang terisi kopi.

Joko Siswanto atau Joko Leak, abdi dalem Keraton Surakarta, yang mengaku ditugaskan merawat meriam ini, rutin sepekan sekali tiap malam Jumat, meletakkan ubo rampe tersebut.

Meriam ini begitu besarnya, hingga juga dijuluki Kyai Guntur Geni atau Kyai Sapujagat.

Berdasarkan pembacaan sengkalan jawa yang tertulis di badan meriam tersebut.

Sengkalan dan Angka Tahun Pembuatan

Menurut Crucq, nama Pontjoworo atau Pancawura ditafsirkan sebagai akronim sengkalan “Pandita Catur Wuruk ing Ratu”.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved