Pembangunan Tol Yogyakarta-Bawen Terbagi dalam 6 Sesi, Berikut Rincian hingga Tarif yang Ditetapkan
Mirza Nurul Handayani menjelaskan pembangunan jalan tol Yogyakarta-Bawen direncanakan bakal dibagi ke dalam enam sesi.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Proses pembangunan jalan tol Yogyakarta-Bawen direncanakan bakal terbagi ke dalam enam sesi.
Total panjang jalan tol Yogyakarta-Bawen yang akan dibangun yakni 75,82 kilometer.
Dari total panjang tol Yogyakarta-Bawen tersebut, 67,05 kilometer berada di wilayah Jawa Tengah, dan 8,77 Kilometer lainnya berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Direktur Utama PT Jasamarga Jogja-Bawen (JJB), Mirza Nurul Handayani, menjelaskan pembangunan jalan tol Yogyakarta-Bawen direncanakan bakal dibagi ke dalam enam sesi.
Baca juga: Kupas Tuntas Prospek Bisnis Industri dan UMKM dengan Hadirnya Jalan Tol Yogya-Solo Bersama BPD DIY
Baca juga: 20 Bidang Tanah Kas Desa Kahuman Klaten Ikut Diterjang Pembangunan Tol Yogyakarta-Solo
"Nantinya ada enam sesi dalam pembangunan tol Yogyakarta-Bawen ini," jelas Mirza.
Enam sesi pembangunan tol Yogyakarta-Bawen tersebut, rinciannya adalah sebagai berikut :
Sesi 1: Yogyakarta-Banyurejo sepanjang 8,25 Km
Sesi 2: Banyurejo sampai Borobudur sepanjang 15,26 Km
Sesi 3: Dimulai dari Borobudur sampai Magelang sepanjang 8,08 Km
Sesi 4: Dimulai dari Magelang sampai Temanggung sepanjang 16,46 Km
Sesi 5: dimulai dari Temanggung sampai Ambarawa sepanjang 22,56 Km
Sesi 6: dimulai dari Ambarawa sampai Bawen sepanjang 5,21 Km.

Dalam pembangunannya, lanjut Mirza terdapat 5 Simpang Susun (SS) dan 1 Junction yang akan dibangun dimulai dari Junction Bawen yang akan terkoneksi dengan Jalan Tol Semarang-Solo, SS Ambarawa, SS Temanggung, SS Magelang, SS Borobudur hingga SS Banyurejo yang terhubung dengan Junction Sleman Kec Melati, Kab Sleman, DI Yogyakarta yang akan terkoneksi dengan jalan tol Solo -Yogyakarta–YIA Kulon Progo.
Pembangunan tol Yogyakarta-Bawen ini akan dikerjakan oleh Kementerian PUPR yang bekerja sama dengan lima Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Jasamarga Jogja-Bawen (JJB), PT Adhi Karya, PT Waskita Karya, PT PP, dan PT Brantas Abipraya.
Mirza menjelaskan, pemegang saham tertinggi dari pembangunan jalan tol Yogyakarta-Bawen sepanjang 75,82 kilometer tersebut dimiliki PT Jasamarga Jogja-Bawen yakni sebesar 60 persen.

Sementara empat BUMN lainnya masing-masing memiliki saham antara lain PT Adhi Karya 12,5 persen, PT Waskita Karya 12,5 persen, PT PP 12,5 persen, dan PT Brantas Abipraya 2,5 persen saham.
"Saham kami untuk tol Yogyakarta-Bawen itu 60 persen, sisanya ada empat itu 12,5 persen dan PT Brantas Abipraya 2,5 persen," katanya saat dihubungi Tribunjogja.com, Kamis (4/3/2021).
Penetapan Tarif Tol
Masih kata Mirza, berdasarkan PPJT pihak konsorsium dan Kementerian PUPR telah menentukan tarif awal tol Yogyakarta-Bawen sebesar Rp1.875 rupiah per kilometer.
Penentuan tarif tersebut berdasarkan hitungan awal menyesuaikan investasi yang sudah ditetapkan.
"Tarifnya Rp1.875 untuk golongan I, yang Yogyakarta-Solo juga sama harganya. Kalau untuk golongan II ke atas belum ditentukan. Ya nanti akan ditetapkan melalui Keputusan Menteri," jelasnya.

Jika dikalkulasikan, tarif tol per kilometer sebesar Rp1.875 dikalikan 75,82 kilometer panjang tol Yogyakarta-Bawen, maka estimasi tarif keseluruhan yakni sekitar Rp142.162.
Mirza melanjutkan, tarif tol tersebut menurutnya akan mengalami penyesuaian harga mengikuti inflasi di daerah yang terdampak pembangunan tol.
"Dua tahunan tentu akan ada penyesuaian tarif tol, karena menyesuaikan inflasi di daerah kan," imbuhnya.
Target operasional
PT Jasamarga Jogja-Bawen mentargetkan pembangunan jalan tol per sesi dapat diselesaikan dalam kurun waktu dua tahun.
Sehingga, Mirza mengatakan untuk sesi satu yakni Yogyakarta-Banyurejo sepanjang 8,25 Kilometer bisa selesai di tahun 2023.
"Sambil pembebasan lahan, kami simultan memulai konstruksi. Nanti per sesi targetnya selesai dua tahun. Jadi untuk sesi I ya targetnya 2023 sudah selesai," ungkapnya.
Sementara untuk perkembangannya, saat ini pihaknya masih fokus dengan pengadaan lahan.
Saat ini proses pematokan masih berlangsung dan apabila sudah selesai akan berlanjut pada tahap pengukuran.
"Setelah itu kan tim appraisal melaporkan ke PUPR, dan berlanjut musyawarah ke maayarakat. Kalau sepakat ya ganti untung lahan bisa dilaksanakan," terang Mirza.
Baca juga: Pemilik 85 Bidang Tanah Terdampak Tol Yogya-Solo di Desa Sidoharjo Klaten Terima Uang Ganti Rugi
Baca juga: Lahan yang Tak Diketahui Pemiliknya di Temanggal Kalasan Sleman Ikut Terdampak Tol Yogya-Solo
Ia menjelaskan, untuk pembangunan konstruksi awal diperkirakan akan dimulai dari wilayah DIY.
Alasannya, wilayah DIY sudah terlebih dahulu menyelesaikan Izin Penetapan Lokasi (IPL) jalan tol tersebut.
"Target pembangunan konstruksinya di Jogja dulu karena Penloknya sudah. Mungkin sesuai jadwal awal pembangunan akan dimulai Agustus tahun ini," paparnya.
Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker PJBH Kementerian PUPR ruas Yogyakarta-Bawen, Heru Budi Prasetyo, mengatakan proses pematokan sudah dimulai sejak Januari lalu.

Ia menjelaskan, trase yang ditetapkan dalam IPL tidak mengalami perubahan seperti yang sudah sosialisasikan kepada warga terdampak saat kegiatan konsultasi publik.
Saat ini proses pematokan baru dilakukan di Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.
"Kemarin beberapa sudah ada pengukuran oleh Satgas A di Desa Tirtoadi. Ya pematokannya baru di satu desa ini," katanya.
Ia menambahkan, target penyelesaian proses pematokan lahan terdampak tol ini menurutnya akan selesai akhir Maret tahun ini.
"Targetnya selesai akhir Maret atau awal April tahun ini. Sekarang masih terus berproses," pungkasnya.
( tribunjogja.com )