Kisah Sri Praptiwinarni, Mantan Sekretaris Direksi RS Bethesda Yogya, Saksi Hidup Sidang Adopsi Anak

Selama masih aktif menjadi sekretaris, Prapti sering diminta untuk membantu sidang proses adopsi sejumlah anak Yogyakarta ke luar negeri.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
Sri Praptiwinarni (tengah), salah satu saksi sidang proses adopsi anak dari RS Bethesda Yogyakarta di kurun waktu 1978-1981 

Mereka juga harus memenuhi syarat yang berlaku atau proses adopsi dibatalkan.

“Sekitar 100 anak ada ya saya membantu adopsi dari Indonesia ke luar negeri. Itu semua legal karena melalui persidangan dan datanya ada,” ungkapnya lebih lanjut.

Menjadi saksi proses adopsi memang cukup melelahkan.

Secara fisik, berkas yang dikumpulkan cukup banyak dan harus dilampirkan.

Secara mental, ada rasa iba yang membuncah di dada memikirkan bagaimana nasib anak-anak adopsi itu ke depannya

Sebagian besar anak yang diserahkan untuk adopsi berasal dari keluarga miskin.

Orangtua sang anak tidak mampu membesarkan dan memilih untuk menyerahkan agar diadopsi.

Baca juga: VIRAL, Prosesi Ngunduh Mantu dengan Menaiki Kereta Kuda di Magelang

Baca juga: Mengharukan, Kisah Sagiyem Warga Bantul, Terpisah 35 Tahun dengan Anak yang Diadopsi Warga Belanda

Harapan mereka cuma satu, anak yang dilahirkan ke dunia itu bisa mendapat hidup lebih baik dengan keluarga lain daripada keluarga kandung.

“Kalau data ya semua ada. Beberapa waktu lalu, anak adopsi dari Swedia banyak yang datang ke sini untuk menanyakan tentang data adopsinya. Mereka juga ingin mencari orang tua kandung,” ucap Prapti.

Meski memiliki semua data, Prapti tahu tidak semua data bisa ia buka.

“Memang ada orangtua yang bermasalah, misal dulu mereka tidak menikah. Bisa juga orang tua tidak mau dicari karena mereka menutupi rahasia punya anak,” tuturnya.

Memberi Nama

Selain membantu menjadi saksi, Prapti adalah orang yang memberi nama sebagian besar anak adopsi.

“Anak adopsi itu biasanya saya yang beri nama. Semua tergantung bulan lahir. Misal, Maryono maka lahir di bulan Maret, Oktano di bulan Oktober,” jelas Prapti.

Kala itu, cukup banyak orangtua yang meninggalkan anak di RS.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved