LIPSUS : Pencarian Jati Diri Anak Adopsi, Mencari Sang Orang Tua di Yogya
Robbert, Yustine, dan Emmanuella meluangkan waktu untuk melakukan riset dan menyebarkan informasi di internet tentang pencarian orang tua kandungnya.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Kegembiraannya tidak bisa ia bendung. Robbert merasa menemukan separuh jiwanya yang hilang.
“Kedatangan saya ke Yogyakarta itu melengkapi diri saya. Saya benar-benar merasa terkoneksi dengan orang-orang di sana,” kata Robbert melanjutkan.
Selain penasaran, alasan Robbert untuk mencari orang tua kandung juga karena ia ingin mengenalkan Indonesia dan Yogyakarta kepada kedua anaknya.
Baca juga: Peraturan Praktik Adopsi Anak Dinilai Memberatkan COTA
Dari data yang disimpan, Robbert lahir dari pasangan Saniti dan Rajiyo di RS Bethesda Yogyakarta.
Hanya itu data yang ia miliki.
Tidak ada keterangan lebih lanjut tentang orang tua maupun saudara-saudaranya.
“Saya benar-benar tidak tahu, tidak pernah ada yang memberitahu,” kata Robbert yang juga meragukan apakah surat adopsinya legal.
Pencarian ini mungkin saja tidak berujung, sehingga dirinya tidak mau berharap banyak tentang penemuan kedua orang tuanya.
Namun, Robbert tetap bermimpi, jika suatu saat ia berhasil menemukan orang tua biologis, maka dirinya ingin bertanya mengapa mereka membiarkan proses adopsi itu.
“Yang paling penting, saya ingin tahu siapa mereka dan bagaimana mereka tinggal. Apakah mereka hidup sehat atau sakit? Kita pasti ingin potongan terakhir dalam hidup kita komplet, kan?” terangnya.
Baca juga: Kisah Haru Grup Wargo Laras, Bangkit Lagi Demi Dalang Ki Seno Nugroho, Begini Ceritanya
Ingin peluk ibu
Yustine selalu memahami bahwa dirinya anak adopsi.
Warna kulit dan bentuk badannya cukup berbeda dengan orang Belanda pada umumnya.
Ia tidak berambut pirang.
Rambutnya hitam pekat seperti orang Indonesia.