Kisah Inspiratif

Kisah Juri Atmojo, Puluhan Tahun Setia Sebagai Tukang Reparasi Payung di Magelang

Meski berpenghasilan seadanya, hatinya teguh dan setia menunggu payung demi payung yang diantar oleh pelanggan. 

Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Yosef Leon
Juri Atmojo saat mereparasi dan melayani pelanggan untuk memperbaiki payung rusak miliknya di kawasan kompleks Akmil Magelang, Jumat (19/2/2021). 

TRIBUNJOGJA.COM, KOTA MAGELANG - Setia kepada satu profesi agaknya cukup jarang ditemui di masa sekarang.

Manusia kerap berganti pekerjaan demi menyambung hidup dan mendapatkan sesuatu yang lebih.

Namun hal itu tidak berlaku bagi Juri Atmojo (68).

Puluhan tahun ia setia sebagai tukang reparasi payung.

Meski berpenghasilan seadanya, hatinya teguh dan setia menunggu payung demi payung yang diantar oleh pelanggan. 

Perawakannya kurus dengan garis muka yang letih.

Semburat semangat di wajahnya terpancar keluar diterpa sinar matahari pagi.

Baca juga: Kisah Nenek Penjual Kacang Rebus, Masih Bisa Makan Sudah Sangat Bersyukur

Kedua tangannya masih sibuk memegang sebuah payung yang tak lagi berfungsi normal.

Sambil bersandar di bawah sebatang pohon, Juri Atmojo dengan tekun mereparasi sebuah payung pelanggan yang baru diantar kepadanya. 

"Yang ini baru tadi pagi diantar. Punya orang kerja kantoran, sekalian kerja dia antar payung yang rusak, nanti katanya mau diambil pas istirahat siang, jadi saya kerjain duluan," kata Juri saat ditemui di lapak reparasinya. 

Sebenarnya lapak juri tidak seperti lapak dalam artian sesungguhnya.

Tempatnya sehari-hari memperbaiki payung pelanggan hanya di trotoar pinggir jalan tepatnya di depan kompleks Akademi Militer (Akmil) Magelang

Di bawah sebuah pohon yang cukup rindang, Juri sehari-hari bekerja mereparasi payung pelanggan yang diantar kepadanya.

Di masa musim penghujan ini dia mengaku jasanya cukup banyak digunakan masyarakat setempat. 

"Alhamdulillah cukup banyak, tapi ya ga mesti. Setiap hari pasti ada lima atau lebih," ujarnya. 

Baca juga: Kisah Penjual Kopi di Alun-alun Kidul, Berjuang Demi Sesuap Nasi dan Obat Suami

Setiap hari dengan bermodal kereta angin tua miliknya, Juri bergegas dari kediamannya di sekitar alun-alun Kota Magelang ke kompleks Akmil tersebut untuk menunggu payung-payung rusak milik pelanggan. 

Pukul 06.30 Wib pagi, kereta angin butut miliknya sudah terparkir di pinggir trotoar tempatnya biasa menjual jasa.

Di atas kereta angin yang berkeranjang itu peralatan-peralatan reparasi sederhana miliknya diletakkan. 

Dia mengaku sudah bertahun-tahun mendiami lokasi itu.

Sat Pol PP setempat juga tidak melarang.

Pemerintah Kota Magelang hanya melarang kawasan itu digunakan sebagai tempat berjualan, karena merusak visual kota. 

"Saya dulu keliling pakai sepeda ini. Tapi setelah semakin tua, jadi lebih baik nunggu pelanggan di sini saja," urainya. 

Juri mengaku sudah 30 tahunan menggeluti profesi sebagai tukang reparasi payung.

Baca juga: Kisah Penjual Koran Difabel Pantang Menyerah Mencari Rezeki Halal untuk Keluarga

Sebelumnya, kakek empat cucu ini bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik swasta di daerah Magelang

Setelah keluar dari pabrik, dirinya mantap memilih untuk berprofesi sebagai tukang reparasi payung.

Sebab, saat muda dulu, ia mengaku punya sedikit keahlian dalam mereparasi berbagai peralatan termasuk payung. 

"Lagian kalau saya tidak kerja malu. Kalau cucu minta jajan atau pulsa itu ke saya, jadi ya mesti ada penghasilan biar bisa jajanin cucu," ungkapnya. 

Juri hanya bermodal peralatan sederhana untuk mereparasi payung rusak.

Beberapa peralatan yang digunakan yakni tang pemotong, palu kecil, jarum dan benang, serta sebilah pisau dapur. 

"Yang rusak total saya juga bisa perbaiki sampai benar dan bisa digunakan lagi," jelasnya. 

Orang terkadang lebih memilih mereparasi payung miliknya ketimbang membeli baru.

Biaya reparasi yang tergolong murah mungkin jadi alasan. 

"Waktunya juga tidak lama, paling sekitar 10-15 menit sudah rampung," ucap Juri. 

Baca juga: Kisah Sendang Mbabrig di Sleman yang Dijaga Kakek Berumur 75 Tahun

Patok Harga Rp5-20 Ribu 

Biaya jasa reparasi payung di tempatnya juga terbilang murah.

Juri hanya mematok harga reparasi dengan rentang Rp5-20 ribu saja tergantung dengan tingkat kerusakan payung milik pelanggan. 

"Kalau payungnya ganti patrum semua sampai keliling itu hanya Rp20 ribu. Tapi kalau satu atau dua saja itu cuman Rp5 ribu," ujarnya. 

Sementara, untuk kerusakan ruji payung bagian dalam dia hanya mematok harga reparasi senilai Rp10 ribu.

"Kalau saya, karena sudah biasa dan lama menekuni kerjaan ini jadi paling hanya 10-15 menitan sudah selesai," ungkap dia. 

Proses mereparasi payung-payung milik pelanggan itu juga terbilang sederhana.

Saat baru diantar, Juri lebih dulu melihat tingkat kerusakannya. 

Baca juga: Kisah Inspiratif Bripka Sodik, Telaten Suapi Gelandangan yang Kelaparan di Pinggir Jalan di Kediri

Setelah itu, dia akan mencocokkan beberapa bahan dari payung sisa yang sudah tidak terpakai lagi dan masih bisa digunakan pada payung milik pelanggan yang rusak tadi. 

Tangannya terlihat lihai dan cekatan memotong ruji payung dan memasukkan patrum ke dalam ruji.

Setelah rampung, payung akan dijemur di bawah sinar matahari agar tidak berjamur. 

Untuk bahan baku reparasi, dia mendapatkannya dari pusat penjualan barang bekas.

Sesekali, ia menyambangi lokasi penjualan barang bekas di kawasan Magelang untuk berburu payung rusak namun beberapa bahannya masih bisa digunakan. 

"Kalau sisa-sisa perbaikan yang tidak bisa lagi dipakai saya jual lagi ke tukang barang bekas," katanya. 

Matahari semakin tinggi, satu pelanggan kembali mengantar payung rusak miliknya kepada Juri.

Dengan sigap dia mengambil dan segera memperbaiki payung tersebut. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved