Adaptasi dan Inovasi Kunci UMKM DI Yogyakarta Bertahan di Tengah Pandemi
Dalam memperingati hari ulang tahun (HUT) BPD DIY Syariah yang keempat belas digelar webinar virtual bertajuk 'Usaha Mikro, Mecil, dan Menengah
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dalam memperingati hari ulang tahun (HUT) BPD DIY Syariah yang keempat belas digelar webinar virtual bertajuk 'Usaha Mikro, Mecil, dan Menengah (UMKM) Tetap Tumbuh di Masa Pandemi', pada Selasa (16/02/2021).
Dalam kesempatan tersebut, turut mengundang narasumber yakni Herry Zudianto selaku pengusaha sekaligus mantan Wali Kota Yogyakarta periode 2001-2011.
Dalam pemaparannya, ia menjelaskan, sebagai pelaku usaha harus mampu beradaptasi dan berinovasi seiiring perkembangan zaman.
"Kondisi pandemi saat ini, menjadi konteks yang nyata agar pelaku usaha mengikuti perkembangan zaman. Terutama dalam pemasaran yang mulai beralih dalam bentuk digitalisasi yang masif dilakukan," jelasnya pada webinar virtual, Selasa (16/02/2021).
Baca juga: Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM Luncurkan Sekolah Pasar Desa
Ia menambahkan, para pelaku usaha dipaksa untuk terjun memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Tak hanya itu, mereka (pelaku usaha) pun didesak untuk melakukan inovasi pada produknya.
"Sejak pandemi, pelaku usaha yang mampu memanfaatkan media digital dengan produk yag inovatif dan kreatiflah yang bisa bertahan. Karena, pola pasarnya berubah di mana produk yang menarik yang akan dicari pembeli," tuturnya.
Bahkan pengunaan media digital untuk berniaga, lanjut Herry, mengalami pertumbuhan hingga 37,4 persen selama tahun 2020.
Angka tersebut mengalahkan prediksi yang dilakukan pada pra-pandemi untuk tahun yang sama sebesar 22,2 persen.
"Hal ini terbukti dari laporan dua e-commerce terbesar di tanah air yakni Tokopedia dan Shopee yang mencatatkan transaksi penjualan mencapai tiga kali lipat selama pandemi," ujarnya
Penggunaan media digital di Indonesia juga memiliki peluang yang sangat besar.
Ia mengatakan, setiap harinya ada sebanyak 30 juta penduduk Indonesia bertransaksi online.
Hingga kini, pasar e-commmerce Indonesia bernilai 8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dan diperkirakan akan tumbuh menjadi lebih dari 40 miliar dolar AS pada lima tahun ke depan.
"Bayangkan dari sekarang, jika pelaku UMKM di DIY saat ini sudah mulai memanfaatkam media digital dalan penjualan. Tentu, lima tahun mendatang bisa mengambil keuntungan yang lebih karena sudah terbiasa.