Cerita Ki Manteb Sudarsono Saat Bawakan Goro-Goro Pada 100 Hari Wafatnya Ki Seno Nugroho

Ki Manteb Sudarsono saat membawakan Goro-Goro pada 100 hari peringatan wafatnya Ki Seno Nugroho, Sedayu

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga
Gadhing Pawukir dan Ki Manteb Sudarsono 

"Gludak, hapene tibo," begitu Ki Manteb Sudarsono saat membawakan Goro-Goro pada 100 hari peringatan wafatnya Ki Seno Nugroho, Sedayu, Kamis (11/2/2021) dini hari. Kisah yang dibawakan Ki Manteb pada babak Goro-Goro adalah cerita ketika dirinya mendengar Ki Seno wafat dari dalang Yoyok.

Manteb bawakan babak Goro-Goro, Kamis (11/2/2021) dini hari
Manteb bawakan babak Goro-Goro, Kamis (11/2/2021) dini hari (Tribun Jogja / Taufiq Syarifudin)

Tribunjogja.com | Taufiq Syarifudin

TAK hanya itu, dalam satu babak penuh, ia menceritakan bagaimana kedekatan antara Ki Manteb dengan Ki Seno semasa hidupnya.

Ada satu kenangan saat tiga hari sebelum Ki Seno wafat, ia sempat bertelepon saling bertanya kabar.

Pada percakapannya, Ki Manteb menceritakan bahwa malam itu Ki Seno juga sempat berkonsultasi soal lakon yang hendak ia bawakan di Sragen, pada acara kampanye salah seorang petahana bupati di sana.

"Awalnya Seno akan membawakan lakon Srikandi, tapi itu sudah saya bawakan, akhirnya lakon yang dipilih Seno adalah Drupadi," katanya dalam bahasa Jawa sambil memainkan punokawan.

Hingga saat ini Ki Manteb menganggap Ki Seno sudah seperti anaknya sendiri.

Ia berjanji saat hadir di tahlilan Ki Seno pada tujuh hari pemakamnya, bahwa Ki Manteb akan menjadi penampil pada peringatan 100 hari wafatnya Ki Seno.

Hari ini, janji itu ditepati oleh Ki Manteb, ia pun rela tidak dibayar sepeserpun, dan meminta timnya juga menyiapkan segala hal untuk penampilan.

Sebelumnya Putra almarhum Ki Seno Nugroho, Ki Gadhing Pawukir Seno Saputra tetap tampil gesit walau tubuhnya tiba-tiba tidak fit.

Sesaat sebelum pentas dalam peringatan 100 hari meninggalnya Ki Seno Nugroho, Rabu (10/2/2021) malam, mendadak Gadhing pusing berat.

Peristiwa ini disaksikan Tribunjogja.com dari jarak dekat di sisi utara pendopo Tunggul Pawenang, tempat pentas akan dilangsungkan.

K

eringat dingin terlihat bercucuran, dan Gadhing sempat muntah di belakang panggung.

Ibunya, Agnes Widyasmoro, turun tangan, berusaha memulihkan situasi.

Sesuai rencana, Gadhing Pawukir akan tampil bersama Ki Gadhang Prasetyo sebagai pentas pembuka wayang climen Ki Manteb Sudarsono.

S

etelah beberapa saat coba dipulihkan, Gadhing Pawukir yang sudah mengenakan pakaian dalang, muncul di Pendopo Tunggul Pawenang.

Ia didampingi mentornya, yang akrab disebut Mas Gendut Dalang Berijazah, terus diupayakan bisa tampil prima.

Ibunya juga mendampingi Gadhing.

Sembari menunggu kesiapan Gadhing, persiapan pentas diisi tetembangan dan alunan gending gamelan.

Delapan sinden Wargo Laras Classic tampil.

Gadhing masih terlihat lelah, lesu, keringat terus bercucuran di dahinya.

Ia dipijat ibunya, sembari dipeluk.

Sementara Gadhang Prasetyo bersiap memulai pentas.

A

khirnya, meski kondisi Gadhing Pawukir belum terlihat fit, Ki Gadhang Prasetyo membuka pentas berlakon pendek Wahyu Cakraningrat.

Sembari menunggu segmen kedua, bagian yang akan dipentaskan Gadhing, Gadhang Prasetyo tampil lugas, percaya diri, dan semakin menunjukkan kematangannya.

Setelah menyelesaikan babak pertama, giliran Gadhing Pawukir memainkan babak perang.

Sempat jeda beberapa saat, Gadhing bangkit dan naik ke panggung.

Diiringkan tepuk tangan wiyogo dan beberapa penonton di pendopo, Gadhing Pawukir langsung memainkan adegan peperangan antara Anoman dan pendukung Lesmana Mondrokumoro.

Tapi babak peperangan tak mampu diselesaikan secara utuh.

Kondisi fisik yang tidak prima membuat Gadhing turun panggung lebih cepat.

Pentas akhirnya dituntaskan Gadhang Prasetyo.

Menurut Gatot Jatayu, kru Wargo Laras Classic dan orang dekat almarhum Ki Seno, Gadhing kemungkinan drop fisiknya sesudah ziarah ke makam ayahnya di Astana Semaki Gedhe Rabu sore.

"Dia suka mabuk kalau naik kendaraan, itu sepertinya bikin dia tidak fit," kata Gatot kepada Tribunjogja.com di sela-sela pentas.

Ibu Gadhing, Agnes Widyasmoro mengakui kondisi fisik anaknya kurang bagus.

Setelah pentas pembuka Gadhang dan Gadhing, Ki Manteb Sudarsono muncul melanjutkan pergelaran utama mengambil lakon Babat Lokapala.

Ini merupakan pentas nazar Ki Manteb Sudarsono, yang sepeninggal Ki Seno berjanji akan pentas tepat di peringatan 100 harinya.

Nazar itu pernah diungkapkan Ki Manteb Sudarsono secara langsung saat peringatan 7 hari almarhum Ki Seno Nugroho, maupun lewat beberapa konten-konten wawancara You Tube.

Acara peringatan 100 hari meninggalnya Ki Seno Nugroho digelar sejak Rabu siang di kediaman keluarga Ki Seno Nugroho di Dusun Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, DIY.

Acara akan dimulai pukul 13.00 WIB berupa wayang “Ruwat Sukmo Ki Seno Nugroho” oleh Ki Manteb Sudarsono. Dilanjutkan tahlil dan kenduri hingga pukul 17.00 WIB.

Malam harinya, mulai pukul 20.00 WIB digelar serangkaian acara memperingati 100 hari Ki Seno Nugroho yang meninggal dunia pada 3 November 2020 akibat sakit.

Persembahan pertama disajikan Kinan, Jenar, dan Alif lewat video klip "Tribute to Bapak" yang diputar di siaran daring ini.

Kinan dan Jenar adalah kakak adik, putri kesayangan Ki Seno Nugroho.

Video klip ini menampilkan lagu yang diciptakan Kinan dan kawan-kawan bandnya.

Agnes Widyasmoro membimbing semua anak-anaknya naik mobil tua kesayangan almarhum, berkeliling sembari menembangkan lagu.

Saat video klip ini diputar, reaksi penonton siaran daring di kanal You Tube Dalang Seno menunjukkan emoticon tangis, dan ekspresi kesedihan. ( Tribunjogja.com | Taufiq Syarifudin xna)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved