Sapa Aruh Jaga Warga

Jaga Warga, Pandoming Laku Perangi Covid-19

KALAU dulu, Orang Jawa mengandalkan Jangka Jayabaya untuk menerawang masa depan. Di zaman ini tergeser perannya oleh para futuris Barat.

Editor: ribut raharjo
TRIBUNJOGJA/ Yuwantoro Winduajie
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X didampingi Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji saat menggelar Sapa Aruh Jaga Warga di Bangsal Kepatihan, Selasa (9/2/2021). 

Assalamualaikum wr. wb.

Salam sehat-sejahtera untuk kita semua,

KALAU dulu, Orang Jawa mengandalkan Jangka Jayabaya untuk menerawang masa depan. Di zaman ini tergeser perannya oleh para futuris Barat.

Salah satu pakarnya berasumsi, jalan terbaik untuk meraih masa depan adalah melangkahkan kaki sejak hari ini sebagai pandoming laku.

Demikian juga, penanganan terhadap pandemi Covid-19. Hampir setahun kita terganggu oleh penularannya, tapi dalam kenyataan sehari-hari kita belum disiplin mematuhi aturannya.

Meski sudah dimulai vaksinasi massal untuk meningkatkan kekebalan tubuh, tidak berarti boleh abai-aturan.

Untuk itu, saya mengingatkan kembali sekaligus mengajak meningkatkan Protokol Kesehatan. Terutama yang sering terabaikan adalah jaga jarak aman, menghindari kerumunan, dan hanya keluar rumah jika memang perlu.

Terlebih lagi, harus menjauhi interaksi dengan orang lain. Bahkan, meski di rumah pun tetap mengenakan masker, karena kini penularannya sudah menjalar antaranggota keluarga dan dengan tetangga.
Semua ini, untuk membangun keluarga-tangguh pandemi, agar tidak menjadi sumber penularan atau tertular orang lain.

Namun, meski protokol itu penting, tapi belumlah cukup. Karena itu saya juga mengajak seluruh otoritas terkait untuk mendayagunakan seluruh sumberdaya, yaitu rekrutmen tambahan tenaga kesehatan, pemanfaatan sumber dana, sarana pendukung untuk isolasi mandiri dengan alih fungsi hotel, pendekatan yang tepat tuju serta penggunaan teknologi tepat guna dan berbiaya murah, seperti GeNose C19 temuan UGM.

Lalu, bagaimana agar masyarakat lebih mematuhi Pengetatan Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM)? Saya mengandalkan pada ketangguhan RT/Dusun sebagai basis ketahanan sosial.

Sebagai satuan komunitas sosial terkecil akan lebih sederhana dan relatif mudah dalam pelaksanaannya. Karena, saya anggap komunitasnya masih berpegang pada kearifan lokal sebagai dasar tindakan.
Maka, hidupkanlah terusTènggang-Rasa antartetangga dengan kemauan siap berbagi atas dasar “peduli-lindungi”.

Sapa-Aruh dengan saling menyapa atas kondisi kesehatan dan keselamatan tetangga untuk meningkatkan kesiap-siagaan warga.Guyub-Rukun, dengan mengedepankan semangat gotong-royong dalam menghadapi Covid-19 serta berbagai dampaknya.

Mengingat kondisi pandemi Covid-19 kian meluas, setiap warga perlu memberdayakan diri dengan sistem kelompok Jaga Warga, agar terbangun RT/Dusun Siaga-Tangguh melalui kesepakatan bersama. Diperlukan kesigapan setiap warga dengan penanganan yang cepat dan tepat untuk memutus rantai penularan Covid-19 dan mencegah jatuhnya korban.

Secara garis besar itulah gambaran aktivasi Jaga-Warga dan efektifikasi PTKM berbasis RT/Dusun. Pada saatnya nanti, akan segera diterbitkan aturan detilnya melalui SK Gubernur DIY yang menjadi kesepakatan bersama Bupati/Wali Kota untuk “Membangun Ketahanan Warga dari RT/Dusun”.

Pakai Masker bukan karena takut Didenda, Jaga Jarak bukan karena menghindari Teguran, dan sering Cuci Tangan bukan karena disuruh, tapi supaya Jangan Tertular.

Berdiam di rumah bagaikan Madrasah, tempat kita belajar hidup dan berkreasi untuk menimba kehidupan yang lebih baik dalam situasi berbeda, keadaan baru dengan segala kesahajaannya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved