Hasil Temuan Sementara dari Ilmuwan Terkait Virus Nipah, Potensi Penularan hingga Risiko Kematian

Supaporn dan tim menemukan, tingkat kematian virus Nipah berkisar antara 40 hingga 75 persen, tergantung lokasi terjadinya wabah.

Editor: Muhammad Fatoni
dok.istimewa
ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM - Saat ini seluruh dunia sedang fokus mengatasi pandemi covid-19, dengan jumlah kasus secara global telah melampaui angka 100 juta pada Rabu (27/1/2021).

Program vaksinasi pun telah dilakukan sekitar 56 negara, termasuk Indonesia.

Namun, saat pandemi covid-19 belum usai, kini muncul ancaman baru yang datang dari virus bernama Nipah.

Para ilmuwan sekarang terus melakukan penelitian terhadap virus yang belum ditemukan vaksinnya tersebut.

Penelitian dilakukan demi mencegah munculnya pandemi lagi di seluruh dunia.

Baca juga: Di Jerman Ada Penjara Khusus Bagi Pelanggar Protokol Karantina Covid-19, Begini Penampakannya

Baca juga: Singapura Mulai Vaksinasi Covid-19 Untuk Lansia, Dimulai dari Distrik Ang Mo Kio dan Tanjong Pagar

Seorang ilmuwan yang ditugaskan meneliti virus Nipah adalah Supaporn Wacharapluesadee.

Supaporn adalah warga negara Thailand yang pada awal pandemi covid-19 terjadi ditugaskan pemerintah Negeri Gajah Putih untuk melakukan penelitian terhadap para penumpang pesawat terbang yang baru saja tiba dari Wuhan, China.

Ia memimpin Thai Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre, lembaga penelitian yang meneliti penyakit-penyakit infeksi baru (emerging), di Bangkok.

Selama 10 tahun terakhir, ia menjadi bagian dari Predict, ikhtiar global untuk mendeteksi dan menghentikan penyakit yang dapat melompat dari hewan ke manusia.

Ilustrasi
Ilustrasi (SHUTTERSTOCK/PETERSCHREIBER MEDIA)

Ketika mendeteksi covid-19, Supaporn dan timnya mendapati bahwa selain merupakan virus baru yang tidak berasal dari manusia, virus tersebut berkerabat dekat dengan jenis virus corona yang telah ditemukan pada kelelawar.

Sepanjang kariernya, Supaporn dan para kolega telah meneliti ribuan sampel kelelawar, dan menemukan banyak virus baru.

Sebagian besarnya adalah virus corona, tapi juga ada banyak penyakit mematikan lain yang dapat menular ke manusia, termasuk virus Nipah.

Virus itu diduga dibawa oleh sejenis kelelawar pemakan buah.

"Ini sangat mengkhawatirkan, karena belum ada obatnya, dan tingkat kematian yang disebabkan virus ini tinggi," katanya, Rabu (27/1/2021), seperti dikutip dari BBC.

Supaporn dan tim menemukan, tingkat kematian virus Nipah berkisar antara 40 hingga 75 persen, tergantung lokasi terjadinya wabah.

Ilustrasi kelelawar buah
Ilustrasi kelelawar buah (dok.istimewa)
Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved