Mantan Kiper Super Elja, Nanda Pradana Latih SSB dan Urus Penggemukan Sapi Saat Pandemi
Imbas dari ketidakpastian Liga Indonesia 2020, membuat pesepakbola tanah air harus menelan pil pahit, kompetisi berhenti
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Imbas dari ketidakpastian Liga Indonesia 2020, membuat pesepakbola tanah air harus menelan pil pahit, kompetisi berhenti, tim tidak memiliki pemasukan, gaji yang tidak dibayarkan, hingga pembubaran tim.
Tidak sedikit dari para pemain pada akhirnya memilih membuka usaha, lantaran harus tetap memiliki pemasukan untuk hidup keluargana sehari-hari.
Belum lagi, kondisi kahar (force majeure) Covid-19 memaksa siapapun untuk belajar hal baru agar dapat bertahan hidup.
Hal itu juga terjadi kepada eks kiper PSS Sleman 2016, Nanda Pradana yang mulai membuka usaha pribadi penggemukan sapi di tempat tinggalnya, Banyuwangi.
Baca juga: Hari Ini Gunung Merapi Keluarkan 22 Kali Awan Panas dalam Kurun Waktu 6 Jam
Baca juga: Surat Somasi Untuk Gubernur DIY Tak Direspon, ARDY Datangi Ombudsman RI
Ia bercerita kepada Tribun Jogja, jika usaha yang dirintisnya itu dilakukan sejak PSSI memberhentikan sementara Liga Indonesia 2020.
Awalnya, penggemukan sapi yang sekarang ditekuni Nanda adalah usaha Kakek Neneknya di Banyuwangi.
Tugasnya hanya membantu, namun berbeda dengan sekarang, Nanda turut mengelola seluk beluk usahanya.
“Dulu saya cuma bantu-bantu (penggemukan sapi), setelah masa pandemi saya terjun langsung,” ujarnya
Ilmu yang ia pelajarinya berupa pengalaman secara otodidak, kondisi yang mendesak membuatnya harus belajar ekstra. Semua yang telah ia dapat lalu dipraktikan, mulai dari membuat pakan fermentasi, perawatan, pemeliharaan, hingga penjualan.
Selain itu, di sela-sela kesibukannya mengurus penggemukan sapi, Nanda juga ikut melatih tim SSB Junior Glenmore, Banyuwangi.
"Kalau pagi cari rumput, sore kita latihan," ujar pria yang juga mantan pemain Persewangi Banyuwangi itu.
Ia diajak rekannya untuk melatih calon-calon kiper di daerah Glenmore.
Aktivitas itu adalah wujud dari cinta dan pengabdiannya kepada sepak bola Banyuwangi.
Nanda ingin, dengan dirinya ikut andil dan melahirkan kiper muda berbakat, dapat mengharumkan nama Banyuwangi di kancah nasional.
"Saya pengen ada penerus (kiper) dari Banyuwangi," katanya pendek.
Upayanya itu berbuah hasil, beberapa kali SSB yang Nanda dan kolega latih, berhasil menjadi wakil dari Asosiasi Kota Surabaya.
Lantaran para pemainnya memiliki kemampuan yang memadai pada usia dini untuk ikut kompetisi.
Kiper yang dilatih Nanda tidak banyak, hanya empat dari golongan usia berbeda, dari usia 13, 15, dan 17.
Kepada Tribun Jogja, dirinya tak ingin disebut pelatih, lantaran Nanda belum memutuskan pensiun dan menjadi pelatih.
"Ya istilahnya kita main bareng, berbagi ilmu sambil jaga kondisi," katanya.
Ia selalu memastikan kalau anak yang ingin berlatih itu memiliki keseriusan terhadap sepak bola.
Baginya, hal itu adalah bagian penting dari pembinaan sepak bola usia dini.
Baca juga: Sebanyak 5.480 Dosis Vaksin Sinovac Telah Diterima Pemkab Kulon Progo
Baca juga: PKN STAN Gunakan UTBK Sebagai Salah Satu Syarat Seleksi Administratif SPMB 2021
"Jangan asal-asalan," imbuh nanda.
Menariknya, Nanda dan rekan-rekannya tidak mengenai tarif bagi siapa saja yang ingin serius berlatih di SSB Junior Glenmore.
"Yang penting semangat, daripada bayar mahal tapi gak ada semangat, nanti jadi berat tanggung jawabnya," kata pemain yang juga pernah lama di PSIR Rembang itu.
Sesi latihan di sana digelar setiap Senin sampai Jumat, pada sore hari, dan khusus Selasa Kamis pada pagi hari.
Semua hal yang dilakukannya, semata-mata agar dirinya tidak mengeluh, dan tetap menjalani hidup yang diberikan Tuhan sebaik-baiknya.
Saat ini di usianya yang berkepala tiga, Nanda masih berstatus sebagai pemain Persibat Batang. (tsf)