Berita Sleman

KABAR TERKINI Sleman : Sebagian Ruang di Dua Shelter Isolasi di Sleman Butuh Perbaikan

KABAR TERKINI Sleman : Sebagian Ruang di Dua Shelter Isolasi di Sleman Butuh Perbaikan

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Yudha Kristiawan
Freepik.com
Ilustrasi Sars-Cov-2 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Dua Fasilitas Kesehatan Darurat Covid-19 (FKDC) atau shelter isolasi di Kabupaten Sleman, Rusunawa Gemawang dan Asrama Haji, tidak bisa menerima pasien positif corona secara penuh, sesuai dengan kapasitas daya tampung ruang yang ada.

Penyebabnya, karena sebagian ruang yang digunakan untuk Isolasi pasien, kondisinya dilaporkan rusak.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo pada Senin (25/1) mengungkapkan, shelter Isolasi di asrama haji, sebenarnya memiliki daya tampung 158 pasien.

Akan tetapi kapasitas riil yang dapat digunakan hanya 112 ruang saja. Begitu juga shelter Rusunawa Gemawang, memiliki daya tampung 74 namun kapasitas riil hanya 56 pasien.

Sejumlah ruang isolasi tidak dapat digunakan. Sebab, menurut dia, dalam perjalanan untuk merawat pasien orang tanpa gejala (OTG) maupun bergejala ringan, sebagian ruang mengalami kerusakan.

Ilustrasi
Ilustrasi (SHUTTERSTOCK/Orpheus FX)

"Seperti misalnya keran air-nya. Kemudian lampu. Pintunya, karena setiap selesai dipakai kan disemprot pakai disinfektan, akhirnya berpengaruh dan rusak," terang Joko.

Menurut dia, pihak pengelola shelter sebenarnya sudah berupaya untuk melakukan perbaikan.

Namun mengalami sedikit kesulitan mencari rekanan yang berani untuk memperbaiki fasilitas ruang isolasi yang rusak. Meskipun, kerusakan sebenarnya tidak terlalu berat.

Bahkan, ketika daya tampung mendekati full dan ruang yang rusak terpaksa harus dimanfaatkan untuk Isolasi pasien pun sebenarnya tidak apa-apa. Hanya cukup melakukan perbaikan sederhana, agar pasien nyaman.

"Misalnya nanti mendekati full. Ya, yang rusak akan kita buka dengan perbaikan sederhana," tuturnya.

Isolasi Mandiri

Selain ditampung di shelter Isolasi dan rumah sakit rujukan, pasien positif corona di Kabupaten Sleman, sebagian memilih untuk menjalani Isolasi mandiri (Isoman).

Bagi pasien Isoman, kata Joko, tetap dilakukan pemantauan oleh petugas satgas covid-19 Kapanewon, Padukuhan hingga Puskesmas.

Pemantauan dilakukan dari gejala yang muncul. Misalnya, suhu badan, ataupun mungkin ada gejala batuk, pilek maupun sesak nafas.

Baca juga: Satpol PP Sita Miras Ilegal di Wilayah Kasihan Bantul, Pemilik Tak Ada di Tempat

Baca juga: Update Gunung Merapi, Luncuran Lava Pijar Sebanyak 43 Kali, Deformasi Alami Penurunan

Baca juga: Laka Laut di Pantai Gunungkidul Turun Selama 2020, SAR Tetap Ketat Awasi Pengunjung

Sementara untuk kebutuhan logistik, menurut Joko, pasien Isoman dibantu dengan kearifan lokal wilayah. "Biasanya saling membantu antar tetangga," ucap dia.

Kendati demikian, Ia melanjutkan, pasien positif yang menjalani Isoman, sebenarnya bisa mendapatkan akses bantuan Jaminan Hidup (Jadup) dari Dinas Sosial.

Akan tetapi, bantuan Jadup tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang sudah dinyatakan positif melalui tes PCR.

"Sementara pasien positif antigen belum bisa. Sehingga, selama belum positif PCR, pasien diperlakukan sama seperti positif. Tapi jadup belum dapat," jelas dia.

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved