Pendidikan
Antisipasi Pandemi, UGM dan One Health Coordinator Center (OHCC) Adakan Seminar Daring
Melalui one health, tenaga kesehatan, ahli terkait dan masyarakat diajak untuk bisa memahami, mengantisipasi, dan menyiapkan tata laksana pandemi.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - One health (OH) merupakan pendekatan kolaboratif multisektoral, terkoordinasi, transdisipliner yang bekerja di tingkat lokal, regional, nasional, serta global, dengan tujuan mencapai hasil kesehatan optimal dengan mengenali interkoneksi antara manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan.
Melalui konsep one health, (calon) tenaga kesehatan, ahli terkait, dan masyarakat diajak untuk bisa memahami, mengantisipasi, dan menyiapkan tata laksana pandemi (baru).
Melihat pentingnya paradigma ini, maka Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi UGM dan One Health Coordinator Center (OHCC) menyelenggarakan kegiatan: “2021 Winter Course on Interprofessional Education – One Health: Diseases of Tomorrow”, pada 25 Januari-5 Februari 2021 secara daring.
Koordinator/Ketua Penyelenggara One health (OH) yang juga Dosen di FK-KMK UGM, dr Gunadi, PhD, SpBA mengatakan, acara ini diikuti lebih dari 150 calon profesional kesehatan termasuk dari luar negeri.
Baca juga: 793 Tenaga Pendidik dan Kependidikan UGM Terima Penghargaan Kesetiaan dan Purnabakti
Ia memaparkan, kegiatan yang berfokus pada isu kesehatan dengan keterlibatan manusia, hewan, dan lingkungan ini secara umum bertujuan untuk; pertama, mempersiapkan calon profesional
kesehatan agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan dari lintas bidang keilmuan di komuntias secara aktif.
Kedua, meningkatkan kerjasama antar calon profesional kesehatan dalam kolaborasi multikultural.
Ketiga, meningkatkan paparan kontekstual nasional dan internasional serta kompetensi yang dibutuhkan oleh calon profesional kesehatan dari para narasumber one health dari universitas mitra dalam dan luar negeri, antara lain Indonesia One Health University Network (INDOHUN), Thailand One Health University Network (THOHUN), Southeast Asia One Health University (SEAOHUN), University Sains Malaysia, University of Sydney, dan Central Mindanao University Filipina.
Pertumbuhan populasi, industrialisasi, dan masalah geopolitik mengakibatkan kerusakan keragaman ekosistem dan pergerakan migrasi manusia maupun spesies.
"Kerusakan yang disertai dengan perubahan iklim serta lingkungan ini mengakibatkan munculnya penyakit menular dan tidak menular," ujar Gunadi, Senin (25/1/2021).
Ia melanjutkan, dalam perkembangan ilmu penyakit, sebagian besar wabah penyakit ditimbulkan dari gangguan manajemen kesehatan masyarakat, termasuk sanitasi dan kebersihan, imunisasi, serta pengendalian penyakit yang ditularkan melalui vektor dan zoonosis.
"Zoonosis merupakan penyakit yang secara alamiah ditularkan dari hewan ke manusia maupun sebaliknya. Zoonosis menduduki 60 persen dari total penyakit infeksius yang telah teridentifikasi dan 75 persen dari emerging infectious diseases (EID) atau penyakit infeksius baru yang telah dilaporkan," ujar Gunadi.
Secara taksonomi, sebanyak 40 persen fungi, 50 persen bakteri, 70 persen protozoa, 80 persen virus, dan 95 persen parasite cacing yang menginfeksi manusia merupakan pathogen zoonotic.
"Emerging zoonoses, seperti Hendra, Nipah, flu burung, severe acquired respiratory syndrome (SARS), dan yang saat ini masih menjangkit secara global, yaitu COVID-19, telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar pada 20 tahun terakhir," ungkap Gunadi.
Baca juga: BPJT dan UGM Pantau Kerusakan Jalan Tol Lewat Teknologi AI
Umumnya, beberapa mikroorganisme bisa memproduksi produk antimikroba secara alamiah, seperti penisilin yang dihasilkan oleh jamur Penicillium sp.