Erupsi Gunung Merapi

BPPTKG: Probabilitas Erupsi Efusif Gunung Merapi Menguat, Potensi Bahaya Mengarah ke Barat Daya

Hasil pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta selama sepekan terakhir,

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Almurfi Syofyan
Visual Gunung Merapi dilihat dari Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten beberapa waktu lalu. 

Hanik melanjutkan, walapun fenomena guguran mulai mendominasi, aktivitas kegempaan berangsur turun sejak Gunung Merapi memasuki fase erupsi. 

Sebelumnya, aktivitas kegempaan sempat meningkat sejak 1 Oktober 2020 dan puncak aktivitas kegempaan terjadi pada 1 Januari 2021.

"Kegempaan berangsur turun diikuti erupsi pada 4 januari. Saat ini seismograf didominasi oleh kejadian guguran," bebernya.

Baca juga: Pengungsi Gunung Merapi Asal Desa Krinjing Pulang, BPBD Kabupaten Magelang Beri Info Mitigasi

Baca juga: Tolak Perpanjangan PSTKM, PHRI DIY Akan Surati Gubernur, Bupati, Hingga Wali Kota di DI Yogyakarta

BPPTKG juga melakukan asesmen atau penilaian bahaya.

Nilai probabilitas erupsi Merapi tertinggi adalah erupsi efusif dengan presentase sebesar 43,2 persen. 

Namun ada juga kemungkinan terjadinya erupsi eksplosif dengan tingkat kemungkinan sebesar 20 persen; disusul erupsi crypto-eks 18,8 persen; dan instrusi 17,9 persen.

"Karena saat ini sudah erupsi dan cenderung bersifat efusif serta memperhatikan arah erupsi saat ini maka potensi bahaya saat ini ke arah barat daya," tandasnya. 

Potensi bahaya saata ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km. 

Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau maksimal 3 km dari puncak. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved