BPPTKG Yogyakarta Rekomendasikan Pengungsi Merapi Boleh Pulang Ke Rumah, Ini Tanggapan Pakar Geologi

Fenomena erupsi Gunung Merapi sekarang disebut erupsi efusif, yang berarti erupsi atau keluarnya magma berbentuk lelehan

Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM / Ardhike Indah
Para pengungsi Merapi kembali ke Barak Pengungsian Glagaharjo setelah beraktivitas di rumah Kalitengah Lor. Foto diambil 2 Januari 2021. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Balai Penyeledikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) resmi mengubah rekomendasi daerah bahaya Gunung Merapi.

Terhitung sejak Jumat (15/1/2021) kemarin, BPPTKG Yogyakarta merekomendasikan bagi pengungsi di kawasan Gunung Merapi untuk bisa pulang ke rumah masing-masing.

Rekomendasi tersebut ditanggapi oleh pakar Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno.

Menurutnya, fenomena erupsi Gunung Merapi sekarang disebut erupsi efusif, yang berarti erupsi atau keluarnya magma berbentuk lelehan, bukan eksplosif atau letusan.

Baca juga: Arah Bahaya Merapi Berubah, Camat Cangkringan Tunggu Instruksi BPBD Sleman Terkait Nasib Pengungsi

Baca juga: Aktivitas Gunung Merapi Menurun, BPPTKG: Masyarakat di Luar Daerah Bahaya Bisa Kembali ke Rumah

"Konsekuenai dari proses tersebut, maka tidak akan ada lontaran material vulkanik. Magma akan akan mengalir atau mendesak keluar membentuk kubah lava, dan selanjutnya akan terjadi guguran. Dengan demikian tidak akan terjadi awan panas yang meluncur jauh ke pemukiman," katanya saat dihubungi Tribun Jogja, Sabtu (16/1/2021).

Namun, guguran lava yang akan muncul hanya terjadi pada jarak aman sekitar tiga kilometer.

Jadi kasus tersebut, menurutnya, memang terhitung relatif aman bagi warga untuk pulang kembali ke rumahnya.

Kendati demikian, Eko mengungkapkan bila aktivitas Gunung Merapi dapat berubah sewaktu-waktu.

Kubah Lava Baru 2021
Kubah Lava Baru 2021 (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo)

Dan BPPTKG Yogyakarta harus segera mengubah rekomendasi sesuai situasi dan kondisi.

"Kalau gunung situasinya berubah, rekomendasi nggak berubah, kuwi golek perkoro (itu cari masalah)," tegasnya.

Menurut Eko, Gunung Merapi saat ini masih terbilang memiliki pergerakan yang lambat, dibanding Gunung Kelud yang perubahannya cepat.

"Memang kita yang harus adaptasi dengan gunung api, bukan sebaliknya," paparnya.

Dengan demikian, pergerakan perubahan Gunung Merapi dapat dilihat secara seksama dan hati-hati.

Baca juga: UPDATE Gunung Merapi, Kembali Keluarkan Awan Panas Guguran, Jarak Luncur 1,5 Kilometer

Baca juga: Kubah Lava Baru 2021 Gunung Merapi Tumbuh Sekitar 8.500 m3 Per Hari

Jadi, untuk masyarakat yang hendak pulang, dapat terus memantau informasi dan instruksi dari BPBD setempat.

"Silakan BPBD melihat sumber daya dan pengungsi yang ada. Kalau sumber daya masih ada dan pengungsi masih nyaman, bisa dilanjut. Namun sebaiknya diinfokan dan ditawarkan ke pengungsi, sambil menunggu status turun," tandasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved