Erupsi Gunung Merapi
Aktivitas Gunung Merapi Menurun, BPPTKG: Masyarakat di Luar Daerah Bahaya Bisa Kembali ke Rumah
Meskipun demikian, dalam beberapa hari terakhir, aktivitas seismik, deformasi, dan gas Gunung Merapi menurun secara signifikan.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gunung Merapi saat ini masih menunjukkan aktivitas yang tinggi, terutama terkait aktivitas guguran pasca dimulainya fase erupsi 2021 sejak 4 Januari 2021.
Meskipun demikian, dalam beberapa hari terakhir, aktivitas seismik, deformasi, dan gas Gunung Merapi menurun secara signifikan.
Dengan demikian, per Jumat (15/1/2021) pun Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) secara resmi telah mengubah rekomendasi daerah bahaya Gunung Merapi.
Baca juga: UPDATE 16 Januari: Rekor Lagi, Kasus Baru COVID-19 Hari Ini Tambah 14.224 Total Jadi 896.642 Orang
Baca juga: Liverpool Vs Man United, Begini Candaan Sir Alex Ferguson
"Ada penurunan aktivitas seismik atau kegempaan dan deformasi yang cukup drastis," ujar Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso dalam Siaran Informasi BPPTKG, Sabtu (16/1/2021).
Agus menyebutkan, pada 1 Januari sampai dengan 7 Januari 2021 terjadi aktivitas kegempaan antara lain 541 VTB, 2.270 MP, 611 RF, 4 LF, 628 DG. Sementara, deformasi 15 cm/hari.
Sedangkan, pada 8 Januari sampai 14 Januari 2021 aktivitas kegempaan menurun menjadi 206 VTB, 794 MP, 1.044 RF, 0 LF, dan 171 DG. Adapun deformasi menjadi 6 cm/hari.
"Namun, guguran tetap tinggi karena memang sedang erupsi," imbuhnya.
Agus menambahkan, kegempaan internal Gunung Merapi saat ini rata-rata 27 kali per hari. \
Sementara, sebelumnya sampai ratusan kali per hari.
Deformasi cukup kecil, yakni 0,3 cm/hari.
Gas vulkanik CO2 sebelumnya mencapai 750 ppm, saat ini dalam tren menurun menjadi 600 ppm.
"Kondisi ini, mengarahkan kepada kesimpulan bahwa per 15 Januari 2021 probabilitas erupsi efusif sekarang lebih dominan (40 persen) dan mengarah ke barat daya. Potensi erupsi eksplosif dan kubah-dalam menurun signifikan," tuturnya.
Lebih lanjut, kata dia, hal ini sangat berbeda dengan rekomendasi bahaya yang BPPTKG sampaikan sebelumnya berdasarkan data yang didapatkan saat itu, yang mana terjadi deformasi yang besar di barat laut dan seismisitas yang tinggi.
"Potensi bahaya bergeser dan rekomendasi kami perlu disesuaikan. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km," bebernya.